Hidayatullah.com—Ratusan warga New York turun ke jalan-jalan di kota metropolitan itu untuk memprotes kebrulatan polisi Amerika Serikat atas warga dari kalangan kulit hitam dan keturunan Latin yang semakin sering terjadi belakangan ini.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, pria kulit hitam tidak bersenjata bernama Walter Scott ditembak mati dari arah belakang oleh seorang polisi kulit putih di wilayah South Carolina. Aksi penembakan itu terekam kamera orang di sekitar yang melihat kejadian tersebut.
“Saya hanya ingin menghentikan kebrutalan polisi atas teman-teman saya orang Latino dan kulit hitam, karena 99 persen polisi saat ini yang ada di Bushwick, East New York, Harlem, dan di mana-mana melakukan kekerasan terhadap orang-orang [berbahasa] Spanyol, orang-orang kulit hitam. Kita tidak boleh membiarkan ini, karena kenapa pula mereka melakukan kekerasan terhadap kami?” kata seorang pengunjuk rasa dikutip Euronews Rabu (15/4/2015).
Gelombang unjuk rasa tahun lalu didorong oleh serangkaian aksi penembakan dan kekerasan oleh polisi-polisi kulit putih terhadap orang-orang kulit hitam sehingga mengakibatkan korban kehilangan nyawanya.
Aksi protes terbesar disulut kasus pembunuhan atas pemuda kulit hitam bernama Michael Brown di Fergusson, negara bagian Missouri.
Penembakan atas Brown disusul kemudian dengan kematian pria kulit hitam Eric Garner (43), yang mati kehabisan nafas ketika dibekuk oleh sejumlah polisi kulit putih di pinggir jalan. Para saksi mengatakan bahwa laki-laki yang dituduh mencuri rokok seharga 50 sen itu ketika dibekuk ramai-ramai oleh polisi sudah berulang kali mengatakan tidak bisa bernafas.
Kebanyakan kasus penembakan, pembunuhan dan kematian warga sipil kulit hitam dan orang keturunan Latin di Amerika oleh petugas polisi berseragam dan berkulit putih tidak diproses hukum, termasuk kematian Garner.
Saat unjuk rasa hari Selasa (14/4/2015) itu sedikitnya 9 orang ditangkap akibat terlibat pergelutan singkat dengan polisi, setelah para demonstran menyeberangi Brooklyn Bridge.*