Hidayatullah.com—Ratusan orang penganut Yahudi hari Rabu (6/5/2015) berbondong-bondong mendatangi Pulau Djerba di Tunisia untuk melakukan ziarah suci tahunan ke sinagog tertua di Afrika.
Pagar-pagar pembatas ditepatkan di sepanjang rute menuju Djerba yang berada di bagian selatan Tunisia dan pos-pos pemeriksaan polisi didirikan di sekitar Hara Kbira, distrik Yahudi yang ada di pulau itu, lapor AFP.
Jumlah penganut Yahudi yang mengunjungi Sinagog Ghriba menurun tajam sejak tahun 2003, menyusul aksi bom bunuh diri yang menewaskan 21 orang.
“Ada banyak pengamanan, ada tentara dan polisi di mana-mana dan itu sangat menentramkan kami,” kata Lorine Bendayan, yang datang dari Prancis.
Pengamanan ketat dilakukan aparat setelah pada 18 Maret lalu terjadi serangan atas Museum Bardo di ibukota Tunis.
“Kami tidak takut. Kami tidak peduli dengan peringatan dari Israel,” kata Bendayan, menyinggung pernyataan Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu yang Sabtu lalu mengatakan negaranya mengetahui adanya ancaman serius teroris dengan target orang-orang Yahudi. Pernyataan Netanyahu itu dibantah pemerintah Tunisia.
Menurut panitia ziarah, selain pengunjung dari dalam negeri Tunisia, sekitar 500 orang dari Prancis, Israel, Italia dan Inggris diharapkan datang ke Djerba guna mengikuti perayaan keagamaan yang berlangsung selama dua hari itu.
Pulau Djerba merupakan salah satu tempat di mana komunitas Yahudi terakhir di kawasan Arab tinggal.
Selain mengunjungi sinagog tertua di Afrika, para peziarah dalam perayaan keagamaan itu juga mengunjungi makam rabi Lag BaOmer.
Menurut keyakinan penganut Yahudi, Sinagog Ghriba didirikan tahun 586 SM oleh orang-orang Yahudi yang melarikan diri ketika Kuil Sulaiman di Al-Quds (Yerusalem) hancur.
Yahudi di Tunisa saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 1.500 orang. Angka itu jauh menurun dibandingkan dengan pada masa awal kemerdekaan Tunisia dari Prancis tahun 1956 yang mencapai sekitar 100.000 orang.*