Hidayatullah.com–Pemimpin Libya Muammar Qadhafi lebih memilih mencari solusi politik untuk mengakhiri konflik di negaranya, daripada meninggalkan Libya. Demikian dikatakan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma hari Selasa (31/5).
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah mengadakan pertemuan dengan Qadhafi pada hari Senin di Tripoli itu, Zuma menyampaikan bahwa Qadhafi minta NATO menghentikan serangan udaranya, sehingga Libya bisa melakukan dialog dan menyerukan pembaruan gencatan senjata.
Permintaan Qadhafi itu pernah ditolak sebelumnya oleh kelompok pemberontak, dalam pembicaraan dengan Uni Afrika yang juga dipimpin Zuma. Pemberontak menginginkan agar Qadhafi meletakkan jabatannya sebelum ada gencatan senjata apapun.
“Meskipun sulit, ia menekankan tidak akan meninggalkan negaranya,” kata Zuma tentang Qadhafi.
Zuma yang berkeliling di Libya untuk melihat akibat-akibat pemboman yang terjadi, mengatakan bahwa “keselamatan diri Kolonel Qadhafi adalah perlu diperhatikan.”
Para pemimpin negara Barat yang bertanggungjawab atas serangan udara NATO terhadap Libya mengatakan, mereka tidak akan berhenti membombardir Qadhafi dan pendukungnya sampai pemimpin Libya itu menyatakan mundur.
Padahal, resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberikan mandat atas pelaksanaan zona larangan terbang, memberikan wewenang pasukan asing melakukan serangan udara hanya untuk melindungi rakyat sipil dan bukannya menggulingkan Qadhafi.
Keinginan para pemimpin negara Barat yang dimotori Amerika Serikat agar Qadhafi mundur, berulang kali mendapat kecaman dari Rusia, yang memilih abstain saat resolusi DK-PBB tentang zona larangan terbang atas Libya ditetapkan.*