Hidayatullah.com—Kemarahan memuncak di kota Latakia, basis pendukung Presiden Suriah Bashar Al-Assad, menyusul pembunuhan seorang tentara oleh anak dari sepupu presiden.
Dalam sebuah video yang diunggah ke internet hari Ahad (9/8/2015), saudara laki-laki dari tentara yang dibunuh, Hassan Al-Sheikh, mengajak warga untuk melakukan aksi duduk guna memprotes pembunuhan tersebut, yang diyakini dilakukan oleh Suleiman Al-Assad, putra dari sepupu Bashar.
Saudara korban menuding rezim Assad memberikan kekebalan hukum kepada pelaku.
Sangat jarang warga Suriah penganut Syiah Alawi, sekte yang juga dianut Bashar Al-Assad, berbicara secara terang-terangan di publik menentang rezim Assad. Kebanyakan warga Syiah Alawi mendukung Assad yang saat ini memerangi anggota militer yang kebanyakan Muslim (Sunni).
Sejumlah laporan menyebutkan pembunuhan terjadi pada hari Jumat, menyusul perselisihan masalah lalu lintas di Latakia, dekat desa kampung halaman Bashar Al-Assad, lapor Aljazeera.
Gubernur Latakia dalam wawancara dengan stasiun radio pemerintah, Syam FM, mengatakan bahwa investigasi sedang dilakukan atas pembunuhan itu, seraya mengatakan tidak ada orang yang tidak tersentuh hukum di Suriah.
Kepada stasiun radio yang sama, saudara laki-laki korban mengatakan bahwa Suleiman Al-Assad membunuh Hassan Al-Sheikh di depan mata matanya secara langsung.
Koresponden Syam FM melaporkan, sehari setelah kematian Al-Sheikh, banyak orang berkumpul di Lapangan Zarra di kota itu, menyalakan lilin dan menyeru agar pelaku pembuhunan dihukum.
Warga kota kepada Aljazeera menceritakan bahwa Suleiman, yang mengendarai sebuah mobil Hummer tanpa plat nomor, marah ketika disalip oleh mobil Al-Sheikh di persimpangan jalan.
Suleiman dikabarkan keluar dari mobilnya sambil menenteng senjata AK-47, lalu melepaskan 7 peluru ke arah dada anggota militer Suriah tersebut.
Dalam video yang beredar di internet, warga setempat terdengar meneriakkan kata-kata, “Kami menuntut agar Suleiman dieksekusi.” Salah seorang wanita di keramaian berseru, “Kami akan datang [untuk melakukan aksi duduk] setiap hari.”
Seorang pria di video terdengar berkata, “Ketika orang mengendarai mobil tanpa plat nomor dan melakukan kejahatan dan membunuhi kami, kami tidak ada harganya. Hassan adalah martir kami. Kami ingin mempertahankan kehormatan anggota militer Suriah.”
Ayah Suleiman, Hilal Al-Assad, yang merupakan sepupu pertama Presiden Bashar Al-Assad, memimpin pasukan pertahanan pemerintah di Latakia. Dia tewas tahun lalu saat bertempur melawan pasukan oposisi di Kasab, daerah pedesaan di Latakia.
Seorang tokoh oposisi kalangan Alawi terkemuka, Louay Hassan, menulis di Facebook:
“Ini bukan pertama kalinya begundal dari keluarga Assad menyerang penduduk Alawi di Latakia. Ini juga bukan pertama kalinya begundal dari keluarga Assad membunuh seorang Alawi. Ini bukan pertama kalinya mereka menyerang seorang anggota tentara.”
“Tidak semua keluarga Assad begundal dan kriminal, tetapi kebanyakan dari mereka memang demikian. Mereka membunuh, mereka memperkosa, mereka mencuri, mereka melecehkan, mereka menjarah properti dan menculik para wanita. Mereka menyerang orang-orang Alawi selama 40 tahun ini melebihi apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang Sunni… [Muslim, red].”
“Mereka adalah mafia yang tidak terjangkau hukum. Tidak ada otoritas di atas mereka. Mereka bahkan tidak diharuskan mengikuti wajib militer seperti para pemuda lainnya.”
Namun, jika benar seperti yang dikatakan Loauy Hassan, mengapa faktanya selama puluhan tahun keluarga Assad berkuasa di Suriah, warga Syiah Alawi selalu berdiri di belakang rezim Syiah itu ketika mereka melakukan kekerasan dan penindasan kepada rakyat. Dan anehnya, ketika mayoritas warga Suriah yang Muslim (Sunni), bangkit melawan rezim diktator Assad, warga Syiah justru ikut bersama pasukan pemerintah Syiah Alawi pimpinan Bashar Al-Assad berperang melawan warga Muslim (Sunni). Bahkan pasukan khusus warga Syiah Alawi bersama pasukan pemerintah ikut mengepung desa-desa dan kota-kota yang berpenduduk Muslim (Sunni) dan mereka kemudian mendapat bantuan pasukan dari kelompok Syiah Libanon, Hizbullah, serta Iran.*