Hidayatullah.com–Mantan Presiden Iran, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang juga Ketua Dewan kemanfaatan (EC) Akbar Hashemi Rafsanjani mengkritisi kebijakan-kebijakan politik luar dan dalam negeri penguasa baru Saudi yang mengarah pada perang akan membahayakan keamanan Iran.
Dia mengulang pernyataannya dalam sebuah pertemuan dengan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder, yang berada di Teheran sebagai delegasi ekonomi politik, pada Senin (11/01/2016) sebagaimana dikutip theiranproject.com dari IRNA.
Pada pertemuan itu, dua pihak mendiskusikan tentang hubungan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan pendidikan antara Iran dan Jerman serta isu-isu nasional dan internasional, khususnya isu tentang Suriah, Iraq, Afghanistan, Libya dan keadaan darurat kelompok teroris ISIS dan juga naik turunnya tensi hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Menjawab pertanyaan dari Schroeder tentang Suriah, Rafsanjani menjelaskan situasi di Suriah sangat rumit dan banyak dari milisi pembebasan yang telah tersebar di berbagai wilayah dan tidak terikat pada organisasi, memanfaatkan situasi di Suriah.
Rafsanjani menggarisbawahi bahwa para pejuang pembebasan di Suriah adalah ‘orang-orang yang menginginkan perang’ dan dia menambahkan bahwa Iran merasa khawatir pada Suriah, karena krisis menyebabkan bencana kemanusiaan.
Menanggapi ketegangan hubungan Iran-Arab Saudi, yang ditanyakan oleh Schroeder, Rafsanjani mengatakan bahwa aneh, amatir dan hasil manipulasi ekstrimis, yang dampak merugikan paling parah akan dialami Iran.
Tentang eksekusi al Nimr, Rafsanjani membelanya dengan mengatakan tokoh Syiah itu (Nimr) bukanlah teroris. [Baca: Kejahatan Tokoh Syiah Nimr Al- Nimr sehingga Dieksekusi di Arab Saudi]
Menyangkut ibadah Haji bagi warga Iran, Rafsanjani mengatakan bahwa kebijakan Iran untuk mengurangi ketegangan dengan negara tetangga, terutama Arab Saudi, persoalan Haji dan minyak dapat membuat kedua negara lebih dekat.
Dia mengatakan bahwa Iran mempunyai poros dan peran dasar di dalam keamanan nasional dan tidak ingin keamanan itu dirusak karena perbedaan etnis, agama, dan politik.
Mengenai pentingnya kerjasama antara Iran dan Jerman dengan kapasitas dan alasan yang sama, ia mengatakan bahwa Iran dapat menjadi gerbang bagi perekonomian dan ilmu pengetahuan Jerman ke dalam negara yang berpenduduk 400 juta itu dan itu membutuhkan penguatan dan perluasan hubungan dan kerjasama.
Ia mengatakan, Iran sebagai pusat energi dunia yang penting dan teknologi modern yang dimiliki Jerman dapat menjadi dasar kerjasama ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan, bahkan dalam penggunaan energi terbarukan.
Schroeder menyatakan merasa puas atas kunjungannya di Teheran dan mempertegas niat negaranya untuk menciptakan hubungan yang lebih lanjut dengan Iran.
Mantan Kanselir Jerman itu juga mengatakan bahwa stabilitas, kedamaian, dan keamanan di wilayah itu bermanfaat bagi semua negara dan menunjuk pada situasi di Suriah dia mengatakan bahwa perundingan Vienna harus dilanjutkan agar menghasilkan kebijakan berkelanjutan dalam hal keamanan di wilayah itu dan dunia tanpa memperhatikan kebijakan-kebijakan singkat dari negara-negara tertentu.*