Hidayatullah.com—Amerika dikenal sebagai pelindung Zionis-Israel. Fakta itu sangat nampak jika mengingat serangan yang terjadi pada tanggal 8 Juni 1967, ketika Israel menyerang kapal perang USS Liberty bernilai 40 juta USD dengan menewaskan 34 awaknya.
Meski 45 tahun telah berlalu sejak Israel menyerang sebuah kapal Angkatan Laut AS di perairan internasional, namun hingga kini pemerintah AS masih enggan menunjukkan reaksi tentang peristiwa tersebut.
Tanggal 8 Juni merupakan hari ketika pesawat dan kapal tempur Israel menyerang kapal intelijen Angkatan Laut AS USS Liberty yang menewaskan 34 awak dan melukai 174 lainnya.
Saat itu, USS Liberty adalah kapal mata-mata paling canggih dalam jajaran Angkatan Laut AS yang hancur total akibat serangan pasukan Israel.
Meski berjam-jam sebelum serangan terjadi hasil dari pengintaian Israel menyebutkan bahwa kapal tersebut adalah milik militer Amerika, namun para pejabat Israel mengklaim bahwa serangan itu semata-mata sebuah kecelakaan.
Pasca serangan, media AS dilarang menyinggung berita dan laporan apa pun terkait insiden tersebut selama 46 tahun terakhir.
Serangan itu terjadi pada tanggal 8 Juni 1967 ketika Israel terlibat perang dengan Mesir, Suriah dan Yordania dalam perang ketiga dengan negara-negara Arab.
Washington khawatir Israel mungkin melancarkan serangan terhadap sekutu dekat Uni Soviet saat itu yaitu Suriah yang akan membuka konfrontasi dua negara adidaya.
Washington mengirim USS Liberty, yang bisa memantau semua jenis komunikasi dalam radius 500 mil, dalam rangka memastikan agar Israel tidak nekat berkonfrontasi dengan Suriah.
Mengetahui misi kapal tersebut, Menteri Peperangan Israel Moshe Dayan memerintahkan pasukan Israel untuk menyerang USS Liberty.
Seorang awak kapal USS Liberty yang menolak namanya dipublikasikan mengatakan, “Setelah mengintai USS Liberty selama lebih dari sembilan jam dengan pesawat hampir per jam dan pelacakan radar, angkatan udara dan laut Israel menyerang kapal kami di perairan internasional tanpa peringatan.”
“Pasukan Israel menyerang tanpa peringatan dan tanpa mencoba untuk menghubungi kami. 34 orang tewas dalam serangan itu dan 174 cedera,” tuturnya.
Tentu masalahnya akan lain jika yang melakukan itu adalah Negara-negara dengan penduduk Muslim.*