Hidayatullah.com—Kawasan hijau di wilayah Calais, Prancis, tempat berteduh para migran dan pengungsi yang dikenal dengan “Jungle” akan dibersihkan dari para pendatang asing.
Hutan yang dijadikan tempat berkemah oleh pengungsi dan migran yang ingin menyeberang ke Inggris itu menjadi salah satu sumber ketegangan di kalangan politisi di Prancis dan antara pemerintah Paris dan pemerintah London.
“Penutupan tempat itu akan dimulai begitu semua kondisi yang mendukung keberhasilannya sudah terwujud,” kata Menteri Perumahan Prancis Emmanuelle Cosse kepada koran Liberation seperti dikutip RFI hari Jumat (14/10/2016). “Kami hampir sampai di sana dan kami akan melanjutkannya sampai akhir,” imbuhnya.
Pejabat wanita itu bersikukuh mengatakan tidak mungkin membiarkan orang-orang itu tinggal di tempat berlumpur itu terlebih musim dingin sudah di depan mata.
Sebelas organisasi amal di Prancis hari Rabu lalu mengajukan permohonan ke pengadilan agar pengungsi tidak dilarang berkemah di sana, dengan alasan hal itu melanggar hak-hak fundamental.
Tidak disebutkan tanggal pasti kapan tempat itu akan bersih dari pengungsi dan migran. Namun, Presiden Prancis Francois Hollande pernah mengatakan lokasi itu akhir tahun ini sudah akan bersih dari pendatang asing.
Saat ini Jungle (Hutan) menampung sekitar 5.700 orang asal Afrika, Timur Tengah dan Asia, menurut pemerintah daerah setempat.
Lembaga-lembaga amal memperkirakan jumlahnya jauh lebih dari itu, sekitar 10.000 jiwa.
Salah satu masalah yang membuat pusing pihak-pihak terkait adalah di sana terdapat 1.300 anak-anak yang menjadi pengungsi tanpa ada orang dewasa yang mendampinginya.
Belum lama ini Inggris, negara yang menjadi tujuan utama pengungsi dan migran yang berkemah di hutan di Calais itu, menyatakan bersedia menampung sebagian dari anak-anak tersebut.
Kemarin Euronews melaporkan bahwa petugas telah mulai membangun tembok yang akan membatasi tepian jalan raya dengan kawasan hijau tersebut, guna menghalangi para pengungsi masuk dan bermukim di sana.*