Hidayatullah.com—Politisi sayap kanan Belanda yang dikenal anti Islam Geert Wilders menolak diadili atas tuduhan membuat ujaran kebencian dan mengancam keharmonisan antara Islam di Barat.
Jumat (28/10/2016) kemarin, ia menyebut upaya peradilan terhadap dirinya bermotif politik dan ia menyatakan menolak datang ke pengadilan pekan depan.
Wilders dituduh melakukan diskriminasi dan memicu ketegangan rasial dalam siaran langsung di televisi pada 2014 lalu. Saat itu, ia memandu satu ruangan untuk menyerukan pengurangan komunitas Islam Maroko di Belanda.
Akibat kasus ini, Wilders menghadapi ancaman denda hingga 8.100 dolar AS dan satu tahun penjara.
“Kami bukan takut dengan orang asing tetapi kami menentang masuknya budaya yang bertentangan dengan apa yang kami pertahankan,” katanya kepada AFP baru-baru ini.
Wilders yang pernah memproduksi film anti-Islam, Fitna pernah mengatakan, popularitasnya di Belanda adalah karena ‘mereka berani membicarakan tentang hal sensitif seperti Islamisasi dan menggunakan kata sederhana yang dapat dipahami oleh pemilih Belanda’.
Wilders pernah mengatakan ingin mempertahankan kebebasan yang dianggap akan hilang setelah ideologi Islam kokoh di Belanda.
Anggota parlemen Belanda itu menyebut gelar terhadapnya sebagai ekstremis konyol namun tidak ragu-ragu menghina al-Quran.
Ia bahkan mencegah kedatangan imigran Islam, menutup masjid dan melarang al-Quran jika menang Pemilu tahun depan.
Namun begitu, Wilders tidak mempedulikan tentang pendapat golongan politik elit dan media tetapi lebih suka menyuarakan pendapatnya melalui Twitter menggunakan bahasa yang singkat.
Dia mendirikan Partai Kebebasan (PVV) pada 2006 setelah memenangkan sembilan dari 150 kursi parlemen melalui tiket ‘batasi peningkatan jumlah umat Islam’.
Volume Wilder menyebabkan ia diberi perlindungan sepanjang waktu dan sering dianggap sebagai ‘individu yang dikendalikan di Belanda’ terutama setelah pembunuhan pembuat film Belanda, Theo van Gogh pada 2004.
Baru-baru ini pengacara, Geert-Jan Knoops yang mewakilinya mengatakan pada hakim bahwa kliennya ‘berada dalam daftar teratas kelompok al-Qaeda (al Qaidah), Taliban dan kelompok ISIS’.
Geert Wilders Didakwa Menyulut Kebencian dan Diskriminasi Terhadap Minoritas Maroko
Wilder tidak pernah membicarakan tentang kehidupan pribadinya selain istrinya seorang warga Hongaria bahkan ia menutup mulut terhadap spekulasi yang mengatakan dia keturunan Indonesia dan tindakannya menyemir rambut adalah untuk menutupi asal usulnya.
Jumat (14/10/2016), keputusan pengadilan Belanda mengatakan, Jaksa di Belanda mengabarkan dapat melanjutkan tuduhan menyebar kebencian yang diajukan terhadap politisi sayap kanan Geert Wilders yang melontarkan komentar anti-Muslim.
Tokoh Partai untuk Kebebasan (PVV) ini sebelumnya juga sudah mengeluarkan manifesto satu halaman menyerukan ‘de-islamisasi total di Belanda’.
Berdasarkan manifesto yang dilansir Independent, Senin (29/08/2016), dia berjanji menutup masjid, sekolah Islam dan pusat penampungan pengungsi migran dari negara Islam akan dilarang masuk jika partainya memenangkan Pemilu.*