BERTEPATAN pada bulan November 2016 ini, dimana kita sama-sama dalam memperingati hari yang telah melewati masa yang cukup panjang “bangkit melawan lupa” Bangsa Patani.
Bagi penduduk masyarakat bangsa Melayu Patani karena dijajah negara Thailand. Semenjak 1785 hingga hari ini, hampir 231 tahun masyarakat bangsa Melayu Patani berada di bawah kuasa negara Thailand.
Dan pula dimana telah banyak yang kita dengar dari berita media massa dan sebagainya. Bahwa semakin hari semakin meningkat jumlah kematian penduduk di negara itu.
Mereka penduduk masyarakat bangsa Melayu Patani sedang mengalami kerusuhan dan krisis kemanusiaan yang hebat. Sehingga nasib generasi pada suatu bangsa ini secara terus-menerus dilanda kekerasan tanpa memiliki proses pertumbuhan yang baik terhadap anak-anak yang berarti pada masa depan bangsanya.
Akibat dari itu, terjadi karena sistem penjajahan masih merajalela ke atas suatu bangsa yang sedang ia memiliki kekuasaan secara total.
Sejauh ini orang Patani yang berada di bawah kuasa Thailand. Keadaan dan nasib mereka yang tidak memeroleh hak dan kebutuhan hidupnya. Ancaman kerusuhan konflik yang semakin hebat itu telah membuat penduduk masyarakat setempat tidak berani dalam menuntut segala macam yang seharusnya mereka untuk mendapatkannya. Oleh karena masyarakat bangsa Melayu Patani berada dalam kondisi ditengah kawalan militer yang sangat ketat.
Pemerintah Thailand, junta militer dengan mengirim pasukan untuk menjaga kawasan tersebut hingga hari ini jumlah aparatur yang bertempat di kawasan Patani tercapai lebih dari beribu pasukan terpenuhi dengan militer dan polisi yang mendiami di daerah kota maupun pedesaan.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dari sebuah negeri Melayu Patani secara politik pecah dan kuasa sehingga Patani terbagi menjadi beberapa wilayah di bagian selatan Thailand yang berbatasan dengan negara Malaysia itu meliputi provinsi Narathiwat, Pattani, Yala, Setun dan sebagian kelima daerah berada di provinsi Songkhla merupakan wilayah modern hasil jajahan Thailand ke atas bangsa Patani hingg saat ini.
Patani hari ini, dimana kita lebih kenal hanyalah sebuah provinsi yang telah disematkan bahasa oleh pemerintah Thailand. Patani bukan Pat(t)ani, maka hal itu menjadi banyak dari masyarakat luar menyebutkan dan membuat pemahaman yang sangat-sangat keliru.
Patani merupakan sebuah negeri yang berkesan begitu cukup memadai bagi penduduk setempat karena ia telah menjadikan daging darah “ke-melayu-an” yang berakar pada identitas penduduk masyarakat Bangsa Melayu Patani sejak purbakala dari turun temurun leluhur bangsanya.
Namun itu, setelah mana Patani berada di bawah kuasa Thailand dan keadaan terjadi, dimana nasib rakyat Patani hingga hari ini?
Secara bahasa dan kebudayaan masyarakat tidak dapat mengekspresi, hak dan nyawa mereka berada dalam keadaan yang kelam, generasi-generasi penuh dengan air mata mengalir turun hingga ke hujung kaki.
Selain itu, pelanggaran HAM tanpa ada pihak yang menyatakan untuk bertanggujawab ke atas sebuah tragedi yang terjadi. Dimana telah terjadinya sebuah peristiwa disebut “Tragedi Tak Bai 2004” lalu, telah membuktikan hingga sekarang nasib mereka yang terkorban dari tragedi tersebut mereka tidak dibela oleh Undang-Undang Siam (UUS) dan benar-benar itu dari tindakan pemerintah sendiri. Hal demikian itulah menjadi penyebab berakar panjang hingga hari ini.
Telah banyak korban hingga secara umumnya berdampak pada situasi yang dianggap jauh dari perlindungan hak dan keamanan negara terhadap warga penduduk masyarakat.
Apalagi berkenaan dengan hidup mereka yang berada dalam keadaan takut yang sangat menakutkan. Setiap hari ada tembakan dan ledakan yang terluka sampai kehilangan nyawa berakhir. Hal itu juga sudah menjadi kebiasaan saat ini, anak kecil yang baru saja dilahirkan dari kandungan Ibunya sudah mendengar suara-suara pistol maupun pengeboman. Begitulah kejadian saat ini, masih banyak lagi peristiwa dan kejadian yang telah membekas di hati nurani dalam kalangan masyarakat bangsa Melayu Patani untuk menjadi prihatin bagi orang masyarakat luar.
Kejadian dengan masyarakat Patani saat ini, nyawa mereka yang terkorban dari tindakan aparatur negara malah pemerintah membayar uang yang bertujuan menyembuh rasa luka yang benar-benar keji. Seakan memandang nyawa orang Patani yang terkorban dapat diganti dengan uang begitu saja, proses peradilan diabaikan pemerintah yang kemungkinan terjadi selagi Patani di bawah kuasanya.
Situasi yang saat ini, masyarakat berada dalam suasanan yang huru-hara. Apalagi saat ini juga militer sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam mengatur urusan negara. Maka itulah menjadi kesempatan besar bagi militer yang menjalankan tugas khusus di wilayah selatan, kekerasan semakin meningkat yang tidak perikemanusiaan dan perikeadilan ke atas suatu bangsa dalam negaranya. Namun semuanya tindakan yang dilakukan militer Thailand itu dibela dengan kekuasaan entah tidak hanya yang terjadi dengan masyarakat Patani saja tetapi juga masyarakat Thailand secara umumnya.*/AM Fathon, warga Patani