Hidayatullah.com–Sangat mencurigakan ketika dunia internasional bungkam di depan peningkatan terorisme Iran di Timur Tengah pada tahun 2016 yang dianggap sebagai tahun paling berdarah.
2016 adalah tahun dimana masyarakat internasional mengelak dari tanggungjawabnya terhadap tindakan terorisme Iran di Suriah, Iraq dan Yaman. Ketidakpedulian dunia internasional ini merupakan kemunduran besar bagi keadilan dan memberikan kontribusi besar dalam penyebaran kekacauan dan pembunuhan identitas yang dilakukan oleh rezim Qum dan milisi-milisi Syiah yang bergerak dibawah komando Iran.
Begitu juga dengan sayap-sayap milisi sektarian dan terorisme Iran dan berbagai praktek intervensi langsung mereka untuk memperluas kekacauan di Timur-Tengah.
Rusia Dinilai Lakukan Serangan 304 Kejahatan Perang di Aleppo, termasuk Iran
2016, adalah tahun yang penuh dengan berbagai judul peristiwa terorisme, dan Iran hadir di setiap judul-judul pembunuhan, perusakan, dan terorisme, demikian tulis Okaz Selasa, (27/12/2016).
Menurut koran itu, milisi rezim mullah senatiasa hadir dalam setiap kekacauan di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman, dalam rangka memperluas kekuasaan Iran di negara-negara tersebut.
Sementara negara-negara adidaya cukup berpangku tangan dan memonitor adegan penghancuran itu dari kejauhan. Mereka mengira bahwa apa yang dilakukan Iran berupa – kebrutalan, kejahatan dan pembunuhan massal selama bertahun-tahun di Iraq, Suriah, dan Yaman – hanya sekedar pengenalan praktek penjajahan tersadis yang pernah dialami oleh Timur-Tengah sepanjang sejarah, karena Iran tidak mengerti bahasa apapaun selain bahasa membunuhan dan genosida.
Iran, pada tahun 2016 dinilai secara mencolok membuat Timur-Tengah menjadi gunung berapi di tengah-tengah kebungkaman dunia internasional. Jika hal ini terus berlanjut maka kawasan ini akan berubah menjadi lautan darah disebabkan oleh masalah sektarian dan terorisme para mullah bersorban hitam. Dan yang lebih menarik lagi, masyarakat internasional tidak bergerak sama sekali untuk menghukum Iran, bahkan malah menghapus sanksi yang dikenakan pada negara syiah itu dan memberi kesempatan kepada rezim mullah untuk meningkatkan ekspor minyaknya.
Sebanyak 70 ribu teroris dari militer Garda Revolusi Iran yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Qassem Suleimani, berhasil membumi-hanguskan Iraq dan Suriah dalam berbagai operasi genosida yang mereka lakukan.
Sudah waktunya masyarakat dunia mendengar suara mayoritas di Dunia Arab. Jika tidak, maka masyarakat internasional akan menemukan dirinya akan membayar mahal atas sikap bungkamnya itu.
Iran, yang meningkatkan “ekspor” terornya ke kawasan Timur-Tengah pada tahun ini melalui sayap-sayap milisinya model Hizbullah Lebanon dan faksi-faksi Al-Hashd Al-Sha’abi (People’s Mobilization Forces/PMF) atau juga disebut Popular Mobilization Units (PMU) yang melakukan pembersihan dan genosida di Iraq, Suriah, dan yang baru-baru ini di Aleppo dalam rangka memfasilitasi perluasan rezim “Wilayatul Faqih“, di mana Teheran telah menghabiskan lebih dari 12 miliar dolar pada tahun ini untuk kegiatan-kegiatan terorisme yang didukung oleh Garda Revolusi Iran di Suriah, Iraq, dan Yaman, menurut penelitian American Enterprise Institute.
Yang mencolok lagi pada tahun 2016 ini adalah Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa, melainkan hanya mencukupkan diri merilis dokumen pengadilan Amerika yang menguatkan keterlibatan Khamenei pada pemboman 11 September bekerja sama dengan pemimpin al-Qaidah Osama bin Laden. Hal ini menegaskan kembali bahwa Iran negara dinilai paling bertanggungjawab dalam mengekspor terorisme hitam ke seluruh dunia untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri Amerika tahun 2015 mengeluarkan laporan tahunan, tentang kegiatan teroris global. Iran masuk sebagai negara sponsor atas terorisme di Timur Tengah. Laporan ini juga mencakup statistik pada kegiatan teroris di seluruh dunia, dan mencakup 11.774 serangan teroris di 92 negara tahun 2015.*/ Kivlein Muhammad