Hidayatullah.com—Militer Turki dengan keras membantah klaim Rusia yang menyebut pihaknya memberikan koordinat salah sehingga tiga prajuritnya tewas dalam serangan udara yang dilancarkan Rusia pada hari Kamis (9/2/2017), dengan mengatakan elemen pasukannya sudah berada di lokasi yang sama sekitar 10 hari.
“Akhirnya, pada 8 Februari, setelah roket ditembakkan dari kawasan yang dikendalikan oleh Federasi Rusia di titik di mana elemen-elemen teman berada, koordinat-koordinat titik terbaru di mana elemen-elemen kami berada ditransmisikan lagi pada hari yang sama pada pukul 23:11 ke personel yang bertanggung jawab di Hmeimim Operation Center,” kata militer Turki seperti dikutip Hurriyet.
Pada saat yang sama, Atase Angkatan Bersenjata Rusia di Ankara diundang ke markas Staf Jenderal Turki, dan sekali lagi koordinat itu diberikan kepadanya, imbuh militer Turki.
Akibat tembakan-tembakan roket yang dilancarkan pesawat-pesawat tempur Rusia atas sebuah gedung di Suriah pada hari Kamis, tiga prajurit Turki yang berada di daerah itu tewas.
Menyusul kejadian tersebut, juru bicara Kremlin Dmitri Peskov mengatakan kepada para reporter bahwa pilot-pilotnya “dibimbing oleh koordinat” yang diberikan oleh “mitra-mitra Turki.”
“Seharusnya tidak ada pasukan Turki di koordinat itu,” kata Peskov seperti dikutip BBC.
Turki dan Rusia, meskipun membela kubu yang berlawanan dalam konflik di Suriah, bekerja sama dalam menggempur kelompok ISIS/ISIL di Provinsi Aleppo.
Turki dan pasukan oposisi (media Barat menyebutnya kelompok pemberontak) sedang mengepung Al-Bab dari arah utara sejak bulan Desember lalu. Sementara pasukan rezim Assad yang didukung Rusia bergerak dari arah selatan.
Presiden Vladimir Putin cepat-cepat mengontak sejawatnya Presiden Erdogan untuk menyampaikan belasungkawa begitu mengetahui serangan udara Rusia hari Kamis itu menewaskan tiga dan melukai sebelas orang tentara Turki.
Hari Jumat pagi (10/2/2017), juru bicara Putin kepada reporter di Moskow mengatakan bahwa penyebab insiden itu “jelas”.
“Malangnya, ketika melancarkan serangan terhadap teroris, militer kami dipandu oleh koordinat yang diserahkan oleh mitra-mitra dari Turki,” kata Peskov.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengatakan bahwa serangan udara tersebut masih diselidiki.
“Menurut informasi awal yang kami terima, itu sepenuhnya kecelakaan,” kata Kurtulmus seperti dikutip kantor berita resmi Turki, Anadolu. “Namun bagaimana hal itu terjadi dan koordinasinya salah perhitungan akan diperjelas.”
Militer Turki rutin dan saling berbagi informasi dengan sejawat-sejawatnya dari Rusia dalam “Operasi Tameng Eufrat” untuk periode sekitar satu bulan, sejalan dengan kesepakatan yang ditandatangani kedua negara pada 12 Januari dengan tujuan pasukan-pasukan yang ada tidak saling melukai satu sama lain, menurut pernyataan tertulis yang dibuat oleh Angkatan Bersenjata Turki (TSK).
Serangan udara oleh Rusia itu dilakukan menyusul bentrokan antara pasukan oposisi dan pro-Assad dekat Al-Bab.
Menurut laporan Reuters, Rusia turun tangan agar bentrokan kedua kubu itu di sebuah desa di sebelah barat daya kota Al-Bab tidak terjadi lagi hari Jumat.
Meskipun kedua kubu yang berseberangan ingin mendepak ISIS/ISIL keluar Aleppo, tetapi masing-masing ingin merebut trofi kemenangan di Al-Bab.*