Hidayatullah.com—Ribuan perempuan pro referendum membanjiri stadion Turki hari Ahad, mendukungan referendum bulan depan yang digagas Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Ribuan kaum hawa itu membanjiri stadion, sebagai dukungan ‘ya’ terhadap referendum bulan depan sambil mengibarkan bendera Turki.
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menjalankan kampanye suara “Ya”, sambil menyatakan perubahan yang disebutnya akan menyebabkan stabilitas politik.
Para perempuan ini berkumpul di stadion olahraga berkapasitas 12.500 orang yang dikenal sebagai Abdi Ipekci Arena, di luar tembok kuno Kota Istanbul.
Erdogan, dengan istrinya, Emine, muncul untuk acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Demokrasi dan Perempuan (KADEM) yang wakil direkturnya putri Erdogan Sumeyye Erdogan Bayraktar.
“Saya percaya bahwa Anda memegang kunci kemenangan,” dalam pemilihan mendatang, kata Erdogan.
Baca: Usulan Konstitusi Baru Turki Hilangkan Jabatan Perdana Menteri
Ayse Gurcan, seorang pendukung AKP yang datang ke acara tersebut mengatakan bahwa “Untuk kelangsungan hidup negara kita, referendum adalah keputusan yang sangat penting,” ujarnya dikutip Daily Sabah.
“Kita harus membuat pilihan kami dengan cara yang sehat dan saya percaya bahwa setiap orang akan mengatakan ‘ya’,” katanya peserta lain, Zehra Ferahtay, mengatakan persetujuan perubahan konstitusi akan menyatukan Turki.
“Ya, saya mendukung sistem presidensial dan terutama setelah 15 Juli kita harus lebih bersatu dan bersama-sama untuk negara ini,” katanya.
Saliha Mantar, yang mengenakan jilbab, mengatakan telah diberikan hak lebih sejak Erdogan berkuasa sebagai perdana menteri pada tahun 2003 dan sebagai presiden pada tahun 2014.
“Kami, para wanita, berjanji untuk selalu di belakang pemimpin kami,” katanya, mengacu pada Erdogan.
Sementara di Bakirkoy, di wilayah Istanbul lain, perempuan turun ke jalan-jalan menentang perubahan konstitusi tersebut.
Sekitar 5000 wanita membentangkan spanduk dengan pesan seperti, “Untuk hidup dan hak-hak kita, keputusan kita adalah No.” Kedua aksi unjuk rasa di Istanbul ini datang menjelang Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret.
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam pidato di hadapan pendukungnya di Istanbul, Ahad (05/03/2017) menyamakan para pejabat Jerman yang melarang kampanye referendum dengan Nazi,
“Praktik Anda tidak berbeda dengan praktik Nazi di masa lalu,” kata Erdogan di hadapan para perempuan pendukungnya dalam acara Pawai Perempuan dikutip BBC.
Komentar ini disampaikan Presiden Erdogan setelah pihak berwenang Jerman membatalkan upaya untuk menggalang suara pemilih warga Turki di Jerman menjelang referendum di Turki.
Sekitar 1,4 juta warga Turki di Jerman memiliki hak untuk memberikan suara dalam referendum bulan April ini, yang banyak dikhawatirkan kalangan oposisi akan memperluas kekuasaan Presiden Erdogan.
Referendum akan mengajukan pertanyaan apakah rakyat mendukung konstitusi yang akan mengalihkan kekuasaan dari parlemen kepada presiden.
Dengan peralihan kekuasaan itu, maka Presiden Erdogan, antara lain, akan memiliki wewenang baru dalam hal anggaran, penunjukan menteri dan hakim, serta membubarkan parlemen.
Untuk mendapatkan dukungan ini, Turki berupaya menggalang jutaan warganya di luar negeri yang memiliki hak pilih, termasuk sekitar 1,4 juta di Jerman.
Namun pihak berwenang di Gaggenau, Cologne, dan Frechen membatalkan izin untuk pawai warga Turki tersebut.
Pihak berwenang di Gaggenau mengatakan tempat acara yang direncanakan tidak cukup sementara Cologne menjelaskan mendapat informasi yang tidak benar tentang tujuan acara.*