Hidayatullah.com–Surat kabar The New York Times mengungkapkan setidaknya 3.100 warga sipil di Iraq dan Suriah menjadi korban dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) sejak 2014.
Surat kabar itu mengatakan, militer AS hanya memberikan anggaran yang sangat rendah ketika melaporkan jumlah kematian akibat serangan yang dilancarkan.
Namun, organisasi non pemerintah yang berbasis di London mengatakan bahwa jumlah kematian akibat serangan itu adalah delapan kali lipat dari jumlah yang disahkan oleh AS.
Menurut catatan organisasi itu, jumlah kematian orang sipil pada kuartal pertama untuk tahun ini meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
The New York Times menegaskan bahwa operasi militer untuk mengontrol benteng seperti di Mosul, adalah faktor utama yang menyebabkan jumlah kematian.
Media ini juga menulis, operasi untuk merebut markas Islamic State (IS) seperti Mosul dan Raqqa memainkan peran penting dalam meningkatkan jumlah korban tewas yang kini lebih tinggi.
Alasan lain terkait meningkat pesatnya kematian warga sipil ini, dapat menjadi perubahan dalam hal prosedur persetujuan serangan udara.
Baca: Ratusan Orang jadi Korban Serangan Bom Bus Pengungsi Suriah
New York Times mengatakan bahwa komandan militer mendapat lebih banyak informasi tentang garis lintang dalam menentukan serangan udara pada hari-hari terakhir pemerintahan Barack Obama, sebuah tren yang telah berkembang tahun ini di bawah Presiden Donald Trump.
Lama Fakih, Wakil Direktur Human Rights Watch wilayah Timur Tengah mengatakan, melakukan serangan udara hampir akan memberi warga sipil perlindungan lebih sedikit dengan kata lain akan banyak yang terluka atau terbunuh.*