Hidayatullah.com—Uang para pembayar pajak, alias uang rakyat Amerika Serikat sebanyak $28 juta dihabiskan sia-sia untuk membayar seragam loreng tentara Afghanistan. Demikian menurut inspektur jenderal AS yang bertugas mengawasi peperangan yang dilakoni serdadu Paman Sam.
Dalam laporannya, John Sopko mengatakan bahwa pejabat militer AS membelikan untuk pasukan Afghanistan seragam loreng bermotif “hutan” (warna hijau), padahal lansekap di sana hanya sekitar 2,1% saja yang berupa hutan.
Keputusan pengadaan seragam loreng itu tidak berdasarkan pada evaluasi yang layak atas kondisi alam di Afghanistan, tulis Sopko seperti dikutip BBC Rabu (21/6/2017).
Seorang mantan menteri pertahanan Afghanistan memilih motif serangam itu pada tahun 2007, imbuh Sopko.
Dalam laporannya setebal 17 halaman tersebut, Sopko menulis bahwa Menteri Abdul Rahim Wardak memilih motif milik privat daripada motif berharga lebih murah yang sudah dimiliki oleh militer Amerika.
Para pejabat AS, yang mencari motif seragam loreng itu via internet bersama Wardak, mengotorisasi pembelian motif karena dia (Wardak) “senang melihatnya,” kata mereka ketika itu.
“Saya khawatir apa jadinya jika menteri pertahanan itu menyukai warna ungu atau pink,” kata Sopko dalam wawancara dengan USA Today.
“Apa kita akan membeli seragam berwarna pink untuk tentara tanpa mempertanyakannya? Ini gila. Ini jelas-jelas kelihatan bodoh,” imbuh Sopko.
“Kita menghamburkan $28 juta uang pembayar pajak demi fesyen, karena pak menteri pertahanan menilai motifnya cakep.”
Senator Chuck Grassley menyebut keputusan pembelian seragam itu “memalukan dan menimbulkan kemarahan para pembayar pajak AS.”
“Mereka yang menghamburkan uang untuk seragam loreng yang keliru, sepertinya sudah kabur akal sehatnya,” imbuh politisi Partai Republik itu.
Bertahun-tahun kantor Sopko mengkritik pemborosan yang dilakukan Pentagon selama tentara Amerika dikerahkan berperang di Afghanistan.
Pada bulan Januari 2017, Sopko mengatakan kepada sebuah wadah pemikir di Washington bahwa ada bukti yang menunjukkan para pemimpin Taliban memerintahkan komandan-komandannya membeli bahan bakar AS, amunisi dan senjata dari serdadu Afghanistan, sebab harganya lebih murah.
Pentagon saat ini sedang mempertimbangkan untuk menambah jumlah pasukan AS yang dikirim ke Afghanistan, yang pengumumannya diperkirakan akan dirilis pekan ini.*