Hidayatullah.com–Beberapa jam setelah serangan teror di Barcelona, Spanyol, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengeluarkan pernyataan mengusulkan agar kelompok militan Islam seharusnya ditembak mati menggunakan peluru yang direndam dalam darah babi.
“Pelajari apa yang dilakukan Jenderal Pershing…yang dilakukannya pada teroris yang tertangkap,” kata Trump, merujuk pada sebuah kisah yang tidak terbukti kebenarannya. “Tidak ada lagi teror Islamis radikal selama 35 tahun!” imbuhnya dalam akun twitternya yang mengacu cerita mitos yang berlaku di Filipina pada abad ke-20.
Pernyataan peluru yang direndam dalam peluru ini sering dijalankan oleh Trump sejak tahun lalu.
“Mereka menghadapi masalah teror, sama seperti kita. Pershing menangkap 50 teror yang melakukan kerusakan besar dan membunuh banyak orang. Dan dia membawa 50 teror, 50 tentara dan membasahi 50 peluru dalam darah babi tersebut. Anda dengar cerita itu kan? Dia mengambil 50 peluru, dan membenamkannya ke dalam darah babi.
Cerita yang sering disampaikan Trump ini berulang lagi setelah serangan teror di Barcelona yang hingga kini menewaskan 14 orang dan lebih 100 lagi cedera, saat van digunakan menabrak orang di daerah yang populer dengan wisatawan.
Namun sejarawan dan tim pemeriksa fakta mengatakan sejarah itu tidak pernah terbukti. Sejarawan menyangkal bahwa Jenderal John J Pershing melakukan tindakan semacam itu terhadap kelompok Islam di Filipina, namun dengan anggapan bahwa cerita tersebut sengaja dibuat.
Profesor Sejarah Texas A & M University, Brian M Linn, yang menerbitkan ‘Guardians of Empire’ hampir dua dekade lalu, buku tentang kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di Asia dari 1902 sampai 1940, mengomentari dakwaan Trump dengan mengatakan, sesungguhnya tidak ada bukti yang menunjukkan kejadian Itu terjadi.
“Ini adalah cerita yang dirancang. Tidak peduli berapa kali orang membicarakannya, itu masih belum benar. Tidak ada yang tahu di mana dan kapan hal itu terjadi, “katanya.
Tapi cerita yang disponsori Trump mendapat perhatian, dan bahkan dipercaya. Bukan saja cerita itu tidak benar, tetapi telah terdistorsi – bahwa pemberontakan dipatahkan menggunakan taktik perang yang kejam dan kotor – bertentangan dengan apa dilakukan Pershing dan prajuritnya lakukan ketika kampanye di Filipina pada 1899 sampai 1913, kata Linn.
Linn mulai melacak kisah peluru ‘Pershing and blood pig’ setelah serangan 11 September 2001, ketika pengguna internet mencari operasi militer yang berkaitan dengan militer.
“Bagi saya, ceritanya berasal dari sumber anti-Muslim yang kuat, bukan sejarah militer,” katanya.
Sebagian orang bahkan menyebut ironis Trump menyampaikan kisah bohong di minggu yang sama saat dia menegaskan untuk menunggu munculnya fakta sebelum mengomentari soal pawai supremasi kulit putih di Charlottesville, Negara Bagian Virginia.*