Hidayatullah.com—Komandan-komandan militer di Venezuela menunjukkan bagaimana cara menggunakan senjata kepada rakyat sipil, menyusul ancaman invasi dari pemerintah Amerika Serikat.
Hari Ahad (27/8/2017), Venezuela menggelar latihan militer seantero negeri bagi warga sipil, setelah sebelumnya menyeru kepada rakyat berusia 16-60 tahun untuk bergabung dengan pasukan cadangan, guna mempertahankan negaranya dari serangan militer Amerika Serikat.
Dilansir Deutsche Welle, stasiun televisi pemerintah menayangkan gambar tentara sedang melatih warga sipil, tua dan muda, cara bagaimana menggunakan peluncur roket, persenjataan anti-pesawat dan senapan serbu. Sementara itu, para komandan militer menyampaikan pidato pembangkit nasionalisme dan anti-imperialisme di berbagai daerah.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro kerap menuding Washington sedang menjalankan rencana invasi guna menguasai sumber-sumber minyak negaranya. Namun, pernyataan itu selalu dibantah oleh kelompok oposisi sebagai klaim yang mengada-ada, sampai akhirnya awal bulan ini Presiden AS Donald Trump benar-benar mengutarakan ancamannya.
Pada 11 Agustus lalu, Trump membuat terkejut semua institusi politik di Venezuela ketika dia mengumumkan bahwa “opsi militer pastinya bisa dipilih” untuk mengakhiri krisis di negara Amerika Latin itu.
Aksi protes rakyat Venezuela merebak di mana-mana menyusul keputusan Mahkamah Agung akhir Maret lalu yang melucuti kekuasaan lembaga legislatif. Di tengah tekanan internasional, Presiden Nicolas Maduro menarik keputusan itu, tetapi sudah terlambat sebab rakyat terlanjur marah. Sejak itu, ribuan orang turun ke jalan menuntut agar dilaksanakan pemilihan umum baru. Akan tetapi, rupanya rakyat juga tidak puas dengan hasil pemilu bulan Juli tersebut, dan mereka terus melakukan aksi protes untuk menuangkan kemarahannya.
Sebenarnya kemarahan rakyat terhadap pemerintah sudah berlangsung lama. Sebelum kerusuhan belakangan ini, selama setahun lebih rakyat sudah merasakan kelangkaan bahan makanan serta harga-harga yang melonjak, sementara pengangguran terus meningkat. Negara bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik warganya dengan baik, aliran listrik semakin sering padam.
Masalah perut dan kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat itu merupakan buntut dari permasalahan sosial, ekonomi, pendidikan dan politik warisan pemerintahan sebelumnya pimpinan Hugo Chavez. Akibat kesalahan manajemen dan pengelolaan kekayaan negara, Venezuela mengalami krisis berkepanjangan di segala bidang menyusul anjloknya harga minyak, yang menjadi sumber utama pendapatan negara.
Maduro, seperti pendahulunya Hugo Chavez, kerap menghadapi gejolak di masyarakat akibat beragam krisis itu dengan kekuatan pasukan bersenjata. Sementara pada saat yang sama, ada saja kelompok yang memanas-manasi rakyat supaya menentang segala kebijakan pemerintah.
Semasa hidupnya, Chavez sering menuding Amerika Serikat sengaja mengacaukan kondisi dalam negeri Venezuela lewat berbagai cara, dengan tujuan pada akhirnya Amerika Serikat menguasai sumber minyak di negara itu.
Akankah Venezuela mengalami nasib yang sama dengan Afghanistan?*