Hidayatullah.com–Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan hari Senin akan berbicara dengan pemerintah Malaysia dan Indonesia tentang kemungkinan mendirikan sebuah satuan tugas untuk memerangi kegiatan milisi bersenjata seperti Daesh/ISIS.
Duterte juga mencatat kesediaan untuk membuka batas-batas otoritas Malaysia dan Indonesia yang memburu anggota milisi bersenjata.
Duterte mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak mengenai masalah tersebut.
“Kami setuju untuk mengadakan diskusi. Kami menunggu waktu yang tepat, “katanya.
Ketika ditanya apa yang akan dibahas, Duterte mengatakan, “Secara keseluruhan bisa jadi gugus tugas bersama.
“Saya juga akan membuka batas-batas otoritas Malaysia dan Indonesia. Mereka diberi izin untuk masuk. ”
Khawatir tentang pengaruh kelompok Daesh di Asia Tenggara dari ketiga negara tersebut sebelumnya telah sepakat untuk menggunakan pesawat mata-mata dan pesawat pemantau pergerakan kelompok di wilayah perbatasan.
Mei lalu, Rodrigo Duterte, memberlakukan darurat militer di Mindanao menyusul baku tembak antara tentara dan kelompok bersenjata di Kota Marawi.
Diberitakan, sekitar 2000 penduduk sipil yang ketakutan terjebak di dalam sebuah kota di Filipina selatan, hari Ahad (28/05/2017), saat tentara Filipina menyatakan perang melawan kelompok yang dinyatakan berafiliasi dengan ISIS.
Dilansir AFP, jumlah korban jiwa akibat pertempuran yang telah mencapai waktu sepekan ini sudah mendekati angka 100.
Baca: Presiden Filipina Berlakukan Darurat Militer di Mindanau
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebagaimana diketahui, Kota Marawi, di Pulau Mindanao adalah salah satu kota berpenduduk Muslim terbesar di negara yang mayoritas penduduknya Katholik itu.
Pemerintah Filipina mengklaim, Marawi kini dikuasai oleh pemberontak Maute yang turut melibatkan milisi bersenjata dari Malaysia dan Indonesia serta menarik gerakan radikal di Asia Tenggara yang lain.
Duterte membayangkan bahwa pertemuan dengan Jokowi dan Najib diadakan setelah Kota Marawi dibebaskan dari penguasaan militan Daesh.*