Hidayatullah.com—Para pekerja di bandara-bandara besar di Australia akan dikenai pemeriksaan lebih ketat sebagai bagian dari tindakan pengamanan.
Kontrol yang lebih ketat atas pekerja di bandara itu dilakukan setelah bulan Juli lalu aparat keamanan berhasil menggagalkan rencana teror yang akan meledakkan sebuah pesawat.
Pekerja-pekerja bagian bagasi dan staf bandara yang ditempatkan di area terbatas sekarang akan dikenai pemeriksaan random guna pelacakan jejak bahan peledak.
Inspeksi juga dilakukan terhadap barang bawaan dan kendaraan milik pekerja bandara.
“Kebijakan ini akan memperkuat kontrol yang sudah ada guna memastikan bahwa pekerja bandara itu benar-benar berwenang, teridentifikasi secara layak dan mendapatkan pelatihan yang cukup sebelum memasuki area aman di bandara,” kata Menteri Transportasi Darren Chester seperti dikutip BBC Ahad (22/10/2017).
Bulan Juli lalu, setidaknya dua tersangka teror berupaya meledakkan sebuah pesawat yang dijadwalkan terbang dari Sydney. Mereka berencana, seorang saudara lelaki dari salah satu tersangka akan membawa sebuah tas masuk ke pesawat Etihad Airways yang akan terbang pada 15 Juli dari bandara di Sydney. Saudara lelaki tersangka itu tidak mengetahui rencana jahat keduanya, kata polisi.
Oleh karena suatu alasan, pesawat dibatalkan keberangkatannya di menit-menit terakhir. Tas yang dipermasalahkan, meskipun sudah dibawa ke bandara, entah kenapa tidak ikut checked-in. Pria yang seharusnya membawa tas itu, lantas terbang dengan pesawat lain –yang tidak disebutkan tujuannya– tanpa membawa tas tersebut.
Polisi mengatakan pelaku merakit bom yang disimpan dalam tas dengan menggunakan material yang dikirim dari Turki oleh seorang tokoh senior ISIS alias Daesh.
Pemerintah mengatakan sekitar 140.000 pekerja memiliki akses ke zona-zona aman di berbagai bandara Australia.
Seorang senator, Nick Xenophon, mengatakan Australia seharusnya bahkan mengambil kebijakan lebih keras seperti yang dilakukan Amerika Serikat, di mana setiap pekerja bandara diwajibkan menjalani pemeriksaan ketat.
“Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah kita berupa pemeriksaan acak ini adalah sebuah guyonan,” kata Xelophon.*