Hidayatullah.com—Badai Tembin telah merenggut nyawa lebih dari 180 orang di Pulau Mindanao, Filipina bagian selatan, kata kepolisian hari Ahad pagi (24/12/2017), sementara petugas terus melakukan operasi penyelamatan serta pencarian korban.
Sejumlah orang masih dilaporkan hilang, lansir Deutsche Welle.
Badai tropis yang menghantam pulau terbesar kedua Filipina hari Jumat (22/12/2017) itu memicu banjir bandang dan tanah longsor. Sementara Filipina sudah biasa mendapatkan hembusan badai besar rata-rata 20 kali pertahun, angin kencang itu jarang menghampiri Mindanao, yang dihuni lebih dari 20 juta jiwa.
Petugas sudah mengevakuasi 36 mayat dari Sungai Salog di Mindanao, dan para pejabat mengatakan 28 kematian lainnya dilaporkan terjadi di daerah tertinggal Semenanjung Zamboanga.
Bong Edding, wali kota Sibuco di Provinsi Zamboanga del Norte, mengatakan lebih dari 30 orang tersapu banjir bandang di desa nelayan Anungan, tetapi hanya 5 mayat yang sejauh ini berhasil ditemukan.
“Air bah yang turun dari pegunungan datang dengan sangat cepat dan menyapu banyak orang dan rumah,” kata Edding. “Sungguh menyedihkan karena Natal tinggal beberapa hari lagi, tetapi hal seperti ini terjadi di luar kontrol kami.”
Edding menyalahkan penggundulan hutan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di kawasan pegunungan sebagai penyebab bencana itu, seraya menambahkan bahwa dia dan para pejabat lainnya bertekad untuk menghentikan aktivitas penebangan pohon.
Polisi mengatakan 81 orang lain dilaporkan hilang setelah longsor bebatuan dan lumpur mengubur perkampungan di tepi pantai di Sibuco, serta desa-desa nelayan terdekat lainnya.
Pihak dinas penanggulangan bencana mengatakan banyak warga yang tidak mengikuti peringatan evakuasi di daerah-daerah pesisir dan tepi sungai.
“Banyak orang terbawa arus ke laut ketika air bah naik dengan sangat cepat akibat meningginya gelombang laut,” kata Manuel Luis Ochotorena, pejabat dari badan penanggulangan bencana. “Mereka tidak pernah mengindahkan peringatan. Mereka pikir itu hanya badai kecil, tapi ternyata menumpahkan banyak hujan.”
Tembin adalah badai topis besar kedua yang berhembus di Filipina dalam kurun sepekan. Beberapa hari lalu, Badai Tropis Kai-Tak menderu di bagian tengah Filipina, menewaskan sedikitnya 54 orang dan 24 lainnya masih dinyatakan hilang.
Petugas bantuan darurat, tentara, polisi dan sukarelawan bahu-membahu mencari korban selamat, membersihkan puing-puing dan memulihkan listrik serta jalur komunikasi. Namun, kurangnya pasokan listrik dan sulitnya komunikasi menghambat upaya pemulihan, kata Ryan Gabus, seorang pejabat lokal.
Badan pemantau cuaca melaporkan bahwa badai itu menguat di kawasan Laut Sulu dan berhasil mengumpulkan kekuatan sehingga dapat melaju 80 kilometer perjam, kemudian bergerak ke arah barat dengan kecepatan 20 kilometer perjam.
Angin itu bergerak menuju perairan pada hari Sabtu kemarin, dan diharapkan meninggalkan Filipina pada hari Senin besok.
Juru bicara kepresidenan Harry Roque Jr mengatakan paket makanan dan bantuan lainnya sedang didistribusikan ke daerah-daerah terdampak.
Salah satu angin besar yang pernah memporak-porandakan Filipina adalah Badai Hainan, pada tahun 2003. Badai itu salah satu yang paling kuat ketika menyentuh daratan, menewaskan hampir 8.000 orang dan menyebabkan 200.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.*