Hidayatullah.com — Liga Arab menyebut pemberontak Syiah Houthi di Yaman yang didukung Iran harus ditetapkan sebagai kelompok “teroris” setelah mereka menyerang Uni Emirat Arab (UEA), lansir TRT World pada Ahad (24/01/2022).
Pernyataan lembaga yang dianggotai negara-negara Arab itu dirilis setelah pertemuan luar biasa pada Ahad. Mereka menyebut serangan baru-baru ini sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional … dan ancaman nyata terhadap instalasi sipil vital, pasokan energi, dan stabilitas ekonomi global.”
Pada 17 Januari, Houthi mengklaim serangan drone dan rudal yang menghantam fasilitas minyak dan bandara di ibu kota UEA, menewaskan tiga orang dan melukai enam orang.
Itu adalah serangan mematikan pertama yang diakui oleh UEA di dalam perbatasannya dan diklaim oleh pemberontak Yaman selama tujuh tahun kampanye koalisi pimpinan Saudi melawan pemberontak.
Blok pan-Arab, yang berbasis di ibu kota Mesir, mengatakan Houthi harus ditetapkan “sebagai organisasi teroris” setelah serangan itu.
Mantan presiden AS Donald Trump menyebut Houthi sebagai gerakan teroris tetapi pemerintahan Presiden Joe Biden menghapus kelompok itu sebagai tanggapan atas kekhawatiran dari kelompok-kelompok bantuan.
Meskipun begitu, pemerintahan Biden telah memberikan sanksi kepada tokoh-tokoh Houthi secara individu.
PBB mengutuk serangan Houthi dan serangan balasan koalisi Saudi
Pada hari Jumat, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengutuk serangan Houthi di UEA, yang duta besar PBBnya mengecam mereka sebagai “serangan teroris.” Emirat memiliki peran utama dalam koalisi pimpinan Saudi yang membela pemerintah Yaman yang diakui secara internasional melawan Houthi.
Sementara itu, kepala PBB mengutuk serangan koalisi militer pimpinan Saudi di Yaman pada hari Jumat. Serangan yang merupakan balasan atas serangan Houthi itu diduga menewaskan lebih dari 70 orang.
Meskipun mengumumkan penarikan pasukan dari Yaman pada 2019, UEA tetap terlibat dengan mendukung dan melatih pasukan di sana.
Pada Sabtu koalisi membantah melakukan serangan udara di sebuah penjara di utara Yaman yang dikuasai pemberontak yang menurut kelompok bantuan menewaskan sedikitnya 70 orang, termasuk migran, wanita dan anak-anak.
PBB memperkirakan konflik Yaman akan menewaskan 377.000 orang pada akhir tahun 2021, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kelaparan dan penyakit.*