Hidayatullah.com–Pemberontak Syiah al Houthi mengancam menutup rute pengiriman Laut Merah jika pasukan sekutu yang dipimpin Arab Saudi terus meningkatkan serangan kepada mereka di kota pelabuhan Hodeidah.
Dikutip kantor berita Xinhua dari Saba, kepala pemberontak al Houthi, Saleh al-Sammad dalam sebuah pertemuan dengan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Moin Sharim mengatakan aku menutup jalur pengiriman internasinal jika Saudi terus menyerang.
“Kami akan menutup rute pengiriman internasional Laut Merah jika pasukan militer Saudi meningkatkan kemajuan mereka sehingga Hodeidah,” kata Saleh hari Selasa (9/1/2018).
Dalam pertemuan itu, Samad menyalahkan Utusan PBB Ismail Ould Cheikh yang dianggap gagal dalam mengupayakan negosiasi antara pemerintah Yaman dengan Houthi.
Akibatnya, Pemberontak Syiah yang didukung Iran ini terus terdesak dengan gempuran koalisi, baik dari darat maupun operasi udara.
Hari Senin (08/01/2018), pasukan pemerintah mengklaim telah membebaskan gunung Umm al-Athem di Saada, dekat dengan perbatasan Saudi.
Dengan keberhasilan pasukan koalisi menguasai Umm al-Athem, pasokan logistik Houthi terputus.
“Kami telah sampai pada titik di mana kami tidak lagi menggantungkan harapan kepada PBB sebagai pencipta perdamaian di Yaman,” kata Samad.
Baca: 60 Militan Syiah Houthi Tewas dalam Serangan Koalisi Pimpinan Saudi
Pasukan sekutu menuduh al Houthi menyelundupkan senjata melalui Pelabuhan Hodeidah di samping bea cukai barang impor untuk membiayai perang.
Kota Pelabuhan Hodeidah, yang menampung hampir 80 persen impor makanan Yaman didistribusikan sebagai satu-satunya pelabuhan yang dikuasai Houthi setelah pasukan sekutu Saudi dan tentara Yaman merebut pelabuhan Aden dan beberapa provinsi di selatan pada tahun 2016.
Saleh juga mengungkapkan keinginan mereka kepada Moin untuk mengadakan perundingan damai dan meminta pasukan sekuuntuk menunjukkan niat baik mereka dengan menarik pembatasan termasuk membuka kembali Bandara Sana’a selain menghentikan serangan udara dan benturan.
“Yaman siap untuk melakukan perundingan damai jika serangan Saudi dihentikan,” kata Saba.
Koalisi yang dipimpin Saudi telah mencoba sejak dimulainya perang pada Maret 2015 untuk merebut Hodeidah, pelabuhan terbesar di Yaman, yang menerima 80 persen impor Yaman, dan dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan sebuah kampanye darat dan serangan udara yang intensif.
Pada hari Selasa, menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA) untuk urusan luar negeri, Anwar Gargash, mengatakan di Twitter, ancaman tersebut merupakan bukti lain dari “sifat teroris milisi Houthi”, terutama saat Samad bertemu dengan delegasi PBB. UEA adalah mitra utama koalisi militer yang memerangi pemberontak Houthi.
“Houthi yang menghancurkan tanaman dan biji-bijian, menghancurkan Yaman, mengkhianati sekutunya dan mitranya, sekarang mengancam navigasi internasional, kita menghadapi geng teroris bahwa akhir keberadaannya di Yaman sudah dekat,” kata Gargash.*