Hidayatullah.com–Dewan Keamanan PBB membahas serangan intensif Turki terhadap milisi Kurdi dan krisis kemanusiaan yang memburuk di Suriah pada hari Senin namun tidak mengecam atau meminta diakhirinya operasi Turki yang sensitif itu, kutip Arab News dari AFP, Selasa (23/01/2018).
Sudah dijadwalkan untuk mendengar sebuah laporan dari kepala bantuan PBB Mark Lowcock terkait kunjungannya baru-baru ini ke Suriah, atas permintaan Prancis Dewan Keamanan PBB juga menyinggung serangan Turki terbaru serta operasi militer Suriah di Idlib dan Ghouta Timur.
“Ini tentu saja bagian dari pembicaraan,” kata Duta Besar Prancis di PBB Francois Delattre setelah perundingan tertutup di markas besar PBB di New York.
“Seruan untuk menahan diri, saya yakin, secara luas disampaikan selama perundingan itu,” tambahnya,ia mengatakan bahwa Prancis “penuh perhatian pada keamanan, wilayah dan perbatasan Turki.”
Baca: Erdogan: Operasi Militer Darat di Afrin Suriah Dimulai
Duta Besar AS di PBB Nikki Haley tidak menghadiri pertemuan tersebut secara langsung, kata seorang sumber diplomatik.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah bersumpah untuk tidak mundur dari serangan udara dan darat sebagai upaya untuk mengusir milisi People’s Protection Unit (YPG) dari daerah tertutup Afrin, meskipun ada kekhawatiran dari negara-negara sekutu dan negara-negara tetangganya.
Operasi Turki “Cabang Zaitun” tersebut adalah hal sensitif karena Washington mengandalkan YPG untuk mengusir militan ISIS dari kubu pertahanan mereka di Suriah, dan milisi Kurdi sekarang menguasai sebagian besar wilayah utara Suriah.
Baca: Turki Memulai Operasi Udara dan Tutup Tutup Perbatasan Iraq Utara
Barat takut operasi militer terhadap YPG dapat mengalihkan fokus dari menyingkirkan ISIS setelah serangkaian keberhasilan dalam beberapa bulan terakhir.
“Sangat penting untuk menjaga persatuan negara-negara sekutu yang tetap sebagai prioritas nomor satu, yakni perang melawan terorisme dan melawan ISIS pada khususnya,” kata Delattre.
“Pihak nomor satu yang bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan di Suriah adalah rezim Suriah,” tambahnya. “Tragedi nomor satu terjadi di depan mata kita terjadi di Ghouta Timur dan Idlib.”
“Jika keadaan ini terus berlanjut, Ghouta Timur bisa menjadi Aleppo baru dalam hal bencana kemanusiaan,” Delattre menambahkan.
Turki menganggap YPG sebagai kelompok teror dan cabang dari Partiya Karkerên Kurdistan (Partai Buruh Kurdistan) yang berideologi Marxisme-Leninism yang telah melakukan pemberontakan selama tiga dekade melawan negara Turki.
Rusia dan Amerika Serikat telah menyatakan keprihatinannya mengenai operasi tersebut, yang menurut Erdogan telah didiskusikan sebelumnya dengan Rusia dan Moskow “sepakat”.*/Abd Mustofa