Hidayatullah.com–Bertemu dengan Paus Fransiskus pada hari Senin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menunjuk pada kerugian yang akan diakibatkan oleh keputusan AS baru-baru ini di Yerusalem (Baitul Maqdis), menekankan hal itu tidak boleh dilakukan.
Pertemuan satu lawan satu dengan Paus di Istana Apostolik di Vatikan dinilai berlangsung “sangat bersahabat,” menurut sumber kepresidenan yang dilansir dari Anadolu Agency, Senin (05/02/2018).
Selama pertemuan tersebut, kedua pemimpin tersebut membahas Yerusalem, krisis pengungsi yang sedang berlangsung, dan perkembangan di Timur Tengah, terutama Suriah, serta terorisme, dan hubungan pemeluk agama, kata sumber tersebut, yang meminta tidak disebutkan namanya karena pembatasan berbicara dengan media.
Erdogan dan Paus menegaskan perlindungan status Yerusalem (Baitul Maqdis)- yang suci bagi umat Islam, Kristen dan Yahudi – sebagaimana ditetapkan oleh Resolusi PBB dan hukum internasional.
Paus Fransikus adalah salah satu pemimpin internasional yang paling menonjol untuk mengkritik keputusan AS Desember lalu yang mengakui Yerusalem (Baitul Maqdis) sebagai Ibu Kota Israel, dan Erdogan mengucapkan terima kasih kepada Paus atas pesannya mengenai masalah ini.
Sebaliknya, Paus mengungkapkan kekagumannya atas upaya Erdogan di Yerusalem serta sikapnya menyambut dan membantu pengungsi.
Erdogan juga berbicara kepada Paus tentang usaha dan operasi kontra-terorisme Turki di Suriah.
Baca: Paus Fransiskus Serukan untuk Melestarikan Identitas Baitul Maqdis
Upaya bersama melawan xenofobia dan Islamofobia juga dibahas dalam pertemuan tersebut, dengan para pemimpin menekankan bahwa menyamakan Islam dengan teror adalah salah.
Mereka malah menekankan bahwa semua aktor harus menghindari ucapan provokatif yang mempromosikan kesetaraan palsu ini.
Erdogan mengatakan kepada Paus bahwa Turki menghargai orang-orang dari semua agama – termasuk orang-orang Katolik – hidup dalam harmoni dan damai dan oleh karena itu pemerintah Turki telah memulihkan 14 gereja dan sebuah sinagog.
Erdogan dan Paus Fransikus sepakat bahwa langkah bersama diperlukan untuk memobilisasi masyarakat internasional untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas regional, dan tidak diam terhadap krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Kedua pemimpin tersebut juga sepakat untuk menjaga hubungan di masa depan.*/Sirajuddin Muslim, Abd Mustofa