Hidayatullah.com–Upaya penguasaan Qualcomm oleh perusahaan berbasis di Singapura telah dijegal oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan alasan membahayakan keamanan negara.
Hal tersebut diumumkan hari Senin (12/3/2018) oleh Gedung Putih, seperti dilansir DW.
Langkah tersebut diambil Trump setelah mendapat masukan dari Committee on Foreign Investments in the United States (CFIUS), yang mengkaji pembelian-pembelian perusahaan AS oleh pihak asing.
“Ada bukti kuat yang membuat kami meyakini bahwa Broadcom … melalui kontrol terhadap Qualcomm … kemungkinan akan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat,” kata Gedung Putih.
Dalam pernyataan itu, Trump memerintahkan agar kedua perusahaan “segera dan permanen membatalkan rencana pengambilalihan.”
Broadcom menawarkan $121 miliar untuk mengambil alih kepemilikan perusahaan pembuat chip ponsel pintar Qualcomm. Jika dilaksanakan maka itu akan menjadi pengambilalihan termahal dalam sejarah industri teknologi.
Broadcom sekarang ini sedang dalam proses memindahkan markas besar legalnya ke Amerika Serikat, yang dijadwalkan akan rampung pada 3 April, sebelum Qualcomm menggelar voting pemegang saham soal pengambilalihan tersebut.
Broadcom mengatakan kepindahannya ke AS artinya kekhawatiran perihal keamanan negara tidak lagi menjadi masalah untuk menuntaskan kesepakatan itu.
“Singkatnya, kekhawatiran soal keamanan nasional AS tidak menjadi resiko untuk menuntaskan kesepakatan, sebab Broadcom tidak pernah berencana menguasai Qualcomm sebelum menyelesaikan redomisilinya,” kata pihak perusahaan dalam pernyataannya seperti dilansir DW.
Koneksi Singapura Broadcom dan potensi pengaruh China di masa mendatang terhadap pembuat chip AS itu mengemukan ketika rencana pembelian Qualcomm oleh Broadcom dimumkan pada November 2017.
Qualcomm merupakan salah satu perusahaan terkemuka dunia yang membuat prosesor untuk ponsel pintar dan gawai-gawai lain. Mereka juga memegang paten teknologi yang dipakai dan diandalkan Apple serta pembuat ponsel canggih lain untuk produk-produknya.*