Hidayatullah.com — Entitas Zionis ‘Israel‘ dan Uni Emirat Arab (UEA) akan bekerja sama dalam misi luar angkasa yang dapat membuat bendera keduanya ditanam di bulan pada tahun 2024, lapor situs berita Ynet pada Selasa (20/10/2021).
Perjanjian kerja sama tersebut, yang akan ditandatangani Rabu, menjadi perkembangan terbaru hubungan antara ‘Israel’ dan UEA sejak Perjanjian Abraham.
Menurut laporan, perjanjian tersebut akan mencakup beberapa proyek luar angkasa termasuk kolaborasi dalam misi Beresheet2 ‘Israel’ ke bulan.
‘Israel’ sejauh ini telah mengumpulkan $70 juta dari investor untuk misi kedua ke bulan, yang akan menelan biaya $100 juta. Misi pertama gagal pada April 2019 setelah pesawat menabrak permukaan bulan ketika berupaya mendarat di satelit Bumi. Menghancurkan harapan ratusan insinyur yang mengerjakan proyek tersebut selama bertahun-tahun.
Misi “Beresheet2” berencana untuk memecahkan beberapa rekor dalam sejarah ruang angkasa global, termasuk pendaratan ganda di Bulan dalam satu misi oleh dua pesawat terkecil yang pernah diluncurkan ke luar angkasa, masing-masing seberat 120 kilogram, dengan setengahnya adalah bahan bakar.
Sebagai bagian dari misi, sebuah kapal induk akan diluncurkan ke luar angkasa, dari mana kedua pendarat akan dilepaskan. Salah satunya bertujuan untuk mendarat di sisi terjauh Bulan, yang hanya dicapai China hingga saat ini, kata penyelenggara proyek. Pesawat kedua dijadwalkan mendarat di lokasi yang belum ditentukan di Bulan.
Sementara itu, Menlu ‘Israel’ Yair Lapid mengadakan pertemuan Zoom pada Senin malam dengan Menlu UEA Abdullah bin Zayed, Menlu AS Antony Blinken, dan Menlu India Subrahmanyam Jaishankar.
Keempat diplomat membahas “memperluas kerja sama ekonomi dan politik di Timur Tengah dan Asia, termasuk melalui perdagangan, memerangi perubahan iklim, kerja sama energi, dan meningkatkan keamanan maritim,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, seraya menambahkan bahwa mereka juga membahas perluasan kerja sama ilmiah.
Uni Emirat Arab menormalisasi hubungannya dengan ‘Israel’ pada 15 September 2020, dengan mengakui Zionis sebagai negara. Presiden AS kala itu, Donald Trump, menjadi penengah kesepakatan tersebut.*