Hidayatullah.com—Senat Amerika Serikat menyetujui Gina Haspel sebagai wanita pertama yang menjabat direktur Central Inteligence Agency (CIA). Wanita eks mata-mata ini dikenal berperan dalam penyiksaan tahanan terorisme 9/11.
Gina Haspel dikukuhkan Senat sebagai bos CIA dengan suara 54-45, lapor BBC Kamis (17/5/2018).
Haspel, 61, pernah mempimpin apa yang disebut black site di Thailand menyusul penangkapan orang asing dari berbagai negara yang dituding terlibat serangan 9/11. Black site bisa dibilang “penjara” rahasia intelijen Amerika Serikat di luar negeri, untuk mengurung orang-orang yang dicurigainya melakukan kejahatan terutama terorisme sebelum dipindahkan ke Amerika Serikat.
Berkecimpung selama 33 tahun di dinas intelijen AS, Gina Haspel melakoni sebagian masa karirnya sebagai agen mata-mata yang melakukan penyamaran.
Pada tahun 2002 dia ditunjuk untuk mengepalai sebuah black site di Thailand, di mana teknik interogasi yang sangat keras, yang dikategorikan Senat AS sebagai penyiksaan, digunakan.
Salah seorang yang pernah dikurung di sana adalah Abd-al-Rahim Al-Nashiri. Dia diinterogasi di black site itu setelah Haspel ditugaskan sebagai kepalanya. Di sana dia mengalami penyiksaan seperti tidak boleh tidur, ditelanjangi, ditempatkan dalam tempat yang sangat panas, dikurung dalam sebuah kotak kecil, bahkan dibenturkan berkali-kali ke dinding.
Tiga tahun kemudian, Haspel memerintahkan agar 92 rekaman video yang menunjukkan aksi penyiksaan atas Al-Nashiri itu dihancurkan, termasuk rekaman penyiksaan atas Abu Zubaydah yang juga dikurung di lokasi rahasia yang berada di Thailand tersebut, tulis BBC.
Menurut laporan Senat AS tahun 2014, sedikitnya 119 pria disiksa dalam tahanan menyusul serangan atas World Trade Center di New York 2001 yang lebih dikenal dengan serangan 9/11.
Organisasi-organisasi pembela HAM mengatakan bahwa Haspel kemudian dipindahkan dari Thailand guna menjadi pengawasi interogasi penyiksaan lebih lanjut oleh intelijen AS. Namun, bukti peran Haspel dalam penyiksaan tahanan itu sulit diungkap karena CIA mengkategorikan dokumen dan filenya sebagai rahasia negara.
Presiden Trump sebelum menominasikan Haspel sebagai pimpinan CIA mengatakan bahwa metode penyiksaan waterboarding harus digunakan lagi dalam interogasi tersangka teroris.*