Hidayatullah.com–Terpilihnya kembali Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperbesar citranya sebagai pemimpin kuat bagi negara-negara Eropa, seorang analis politik Prancis pada Kantor Berita Anadolu Agency.
Jana Jabbour, profesor ilmu politik dan peneliti di Pusat Penelitian Internasional (CERI) Universitas Sciences Po di Paris, berbicara pada Anadolu Agency mengenai Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Parlemen Turki pada 24 Juni 2018 lalu.
“Pemilihan itu tidak diragukan lagi merupakan kemenangan besar bagi Erdogan dan partainya. Erdoga telah berhasil menjadi seorang pemimpin yang dicintai oleh rakyat [Turki],” katanya.
Jabbour mengatakan Pemilu 24 Juni di Turki membuat Erdogan semakin kuat baik secara nasional maupun internasional.
“Pemilu itu menunjukkan bahwa Erdogan adalah orang yang mengedepankan kepentingan negara dalam tingkat nasional karena Erdogan menerima 52,5 persen suara melawan lima kandidat lain dalam Pemilu. Ini sangat penting. Di tingkat internasional Pemilu memberi pesan kepada negara Barat yang meyakini Pemilu akan dua putaran bahwa Erdogan adalah seorang pemimpin yang kuat.”
Baca: 90 Persen Suara Terhitung, Para Pemimpin Dunia Beri Ucapan Erdogan
Jabbour mengatakan tujuan Erdogan, seperti sebelumnya, adalah penerimaan Turki oleh negara-negara Eropa sebagai sekutu yang setara.
Jabbour mengatakan Turki akan memberi negara Barat pesan bahwa negara itu “memiliki alternatif [dengan Rusia dan Iran] dan tidak membutuhkan mereka.
“Eropa tidak menginginkan kemenangan Recep Tayyip Erdogan karena Erdogan adalah seorang pemimpin dominan yang menantang kekuatan-kekuatan besar.”
Jabbour mengatakan negara Barat harus menerima kemenangan Erdogan dan bekerja sama dengannya dalam masalah kontra terorisme dan pengungsi.
“Mereka tidak senang dengan terpilihnya kembali Erdogan, namun mereka harus bekerja dengannya.”
Jabbour mengatakan upaya anti-Erdogan yang dilakukan media Barat, terutama media Prancis menciptakan serangan balik dan menyebabkan lebih banyak ekspatriat Turki memilih Erdogan.
Presiden Prancis Emmanuel macron bertemu Erdogan di Elysee Palace pada Januari, yang menunjukkan bahwa Prancis menerima Turki sebagai sekutu yang setara, kata Jabbour.
Meskipun begitu, dia menambahkan, bahkan jika Prancis ingin lebih mengembangkan hubungannya dengan Turki, kebijakan Eropa terkait Turki, khususnya oleh Jerman, akan menghalanginya. */Nashirul Haq AR