Hidayatullah.com–Aktivis dari seluruh dunia berkumpul di Kota Palermo di Italia untuk terlibat dalam persiapan akhir bersamaan dengan kampanye Freedom Flotilla (Armada Kebebasan) tahun ini, tulis International Middle East Media Centre (IMMEC).
Mereka yang terlibat dalam kampanye bersatu di bawah gerakan persatuan dirancang untuk meningkatkan semangat Palestina serta untuk menunjukkan dunia situasi yang mengerikan di Jalur Gaza di bawah kepungan penjajah ‘‘Israel’’ selama lebih dari 10 tahun ini.
Keempat kapal Freedom Flotilla tiba di Palermo pada hari Senin setelah ia berlayar dari Skandinavia ke Sisilia selama lebih dari dua bulan. Mereka akan memulai perjalanan hari Kamis, dengan menempuh 7.400 (4000 mil) kilometer dan berhenti di 15 pelabuhan Eropa.
Hari ini, al-Awda, Freedom, Mairead dan Palestina akan berlayar ke Jalur Gaza.
“Kami ingin menunjukkan kepada warga Palestina, masih ada orang-orang yang peduli dengan situasi mereka. Percaya atau tidak, beberapa orang berkata kami akan mengambil hidup kita dan membantu mereka, menunjukkan beberapa hiburan bagi mereka, membiarkan mereka tahu bahwa ada orang di luar sana yang benar benar peduli dengan mereka,” ujar Joe Meadors, peserta Freedom Flotilla yang juga mantan teknisi angkatan laut PBB.
Sementara itu, aktivis lokal dan penyelenggara protes pro-pengungsi telah bergabung dengan aktivis pro-Palestina untuk bersatu dalam
menunjukkan dukungan dan inisiatif lebih lanjut seperti yang ditunjukkan armada Freedom Flotilla.
“Misi bantuan kemanusiaan ini adalah gerakan akar rumput dan multinasional untuk menantang sanksi ‘‘Israel’’ di Gaza dan untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat internasional,” kata salah satu peserta, Joe Meadors.
Sementara itu, rekannya bersikeras bahwa mereka mendukung hak asasi manusia dan mencoba membuka perbatasan, sehingga menghentikan perang.
“Kami semua mendukung hak asasi manusia sehingga kami jelas akan mendukung mereka. Kami di sini untuk mencoba dan membuka perbatasan dan menghentikan perang, ”kata aktivis lainnya.
Delapan tahun lalu, tepatnya, Mei 2010, rombongan 750 orang aktivis kemanusiaan, anggota parlemen, dan wartawan dari 50 negara melakukan misi menembus blokade ‘Israel’ menuju Gaza membawa bantuan kemanusiaan bernama Freedom Flotilla.
Namun perjalan mereka dirampok dan diserang pasukan militer penjajah tepat di laut lepas. Sebanyak 16 orang relawan gugur dan 26 orang lainnya luka-luka. Relawan yang meninggal 9 diantaranya warga negara Turki.
Jalur Gaza berada di bawah pengepungan penjajah ‘‘Israel’’ sejak Juni 2007, telah menyebabkan persoalan ekonomi, sosial serta pengangguran dan kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut PBB, kondisi pengepungan mengancam dan akan membuat wilayah itu tidak bisa dihuni pada 2020.
Mesir tetangga dekatnya yang diharap menjadi salah satu sahabat dan bisa berperan besar membantu justru bekerja sama erat dengan penjajah ‘‘Israel’’ dalam mempertahankan pengepungan dengan menutup Perbatasan Rafah sepanjang waktu, satu-satunya pintu keluar masuk Gaza melalui darat.
Situasi ini sangat mempengaruhi dan menyulitkan pasien Palestina untuk mencari perawatan di luar negeri.*