Hidayatullah.com– Otoritas perkeretaapian Afghanistan China, Uzbekistan dan Kyrgyzstan, hari Jumat (9/9/2022) menandatangani kesepakatan penciptaan koridor ekonomi baru di antara negara mereka.
Perjanjian tersebut berdasarkan uji coba selama tiga bulan dan menyangkut “barang komersial dalam kemasan” dari China yang pertama kali akan dikirim ke Kyrgystan sebelum sampai di Provinsi Balkh di Afghanistan lewat Uzbekistan, kata Afghanistan Railway Authority (ARA) dalam sebuah pernyataan.
“Koridor ekonomi ini memiliki beberapa manfaat bagi Afghanistan,” kata juru bicara ARA Abdulsami Dorani dalam pesan video yang dibagikan kepada wartawan pada hari Ahad (11/9/2022) seperti dilansir Arab News.
Koridor itu akan mencakup berbagai sistem transportasi, termasuk truk, meskipun sebagian besar akan melibatkan pengiriman melalui kereta api.
“Barang-barang yang dibawa dalam peti kemas yang sebelumnya akan mencapai Afghanistan dari China dalam waktu dua bulan melalui transportasi darat sekarang akan mencapai Afghanistan melalui kereta api hanya dalam waktu dua pekan.”
“Koridor ini juga akan menciptakan lapangan kerja bagi warga Afghanistan,” imbuhnya.
Oleh karena waktu transportasi dan biaya pengiriman barang berkurang, pemerintah Afghanistan mengharapkan adanya peningkatan pendapatan, kata Dorani.
“Kami juga akan mengalami konektivitas regional. Jika kami bisa mengekspor barang ke China dan mengimpor barang dari sana, berarti kami bisa menciptakan koneksi regional,” ujarnya.
Dorani mengatakan negara-negara yang terlibat berkomitmen untuk mengurangi tarif ekspor dan impor Afghanistan.
China mengumumkan rencana rekonstruksi ekonomi jangka panjang dengan pemerintah Afghanistan yang dipimpin Taliban pada bulan Juli, setelah menjanjikan bantuan sebesar $8 juta untuk bantuan bencana gempa bumi 22 Juni yang menewaskan lebih dari 1.000 orang. Duta Besar China Wang Yu mengatakan bahwa salah satu prioritasnya adalah perdagangan.
Pakar ekonomi Afghanistan Dr. Tayeb Khan menyambut baik koridor baru itu dan menyebutnya sebagai “pencapaian signifikan” bagi pemerintahan Taliban, yang mengambil alih kekuasaan sejak Agustus 2021.
“Ini akan membantu Afghanistan meningkatkan ekspornya dan mengurangi ketergantungannya dalam perdagangan dengan negara-negara regional tertentu, di samping secara instan menurunkan harga-harga barang di dalam negeri,” tambahnya.
Namun, Khan menegaskan bahwa Afghanistan juga harus menyeimbangkan perdagangannya dengan negara-negara selain China. Selain koridor ekonomi di atas, pemerintah juga perlu memikirkan rencana jangka panjang pembuatan koridor Wakhan, jalur transportasi sempit di kawasan Badakhshan.
Koridor Wakhan – yang saat ini masih sangat minim infrastruktur dan aktivitas ekonomi – menurut Khan nantinya akan berperan penting dalam jalur perdagangan global Belt and Road Initiative yang sedang dibangun China.
Wakhan merupakan wilayah sempit Afghanistan yang terapit oleh Tajikistan dan Pakistan yang menghubungkannya dengan China secara langsung tanpa melewati negara lain.*