Hidayatullah.com–Pemerintahan kota di Istanbul akan berhenti terbitkan izin untuk waralaba AS seperti McDonald, Burger King dan Starbucks, demikian kutip yenisafak.
Pemerintahan kota di Ibu Kota Turki, Ankara, telah memutuskan untuk berhenti menerbitkan perizinan baru untuk waralaba Amerika Serikat (AS) setelah sebagian besar dewannya memilih mendukung mosi tersebut.
Pemerintah Kota Keçiören Ankara telah mengambil keputusan yang tidak pernah terjadi sebelumnya pasca sanksi dan tarif terbaru AS yang menarget Turki, dianggap oleh banyak orang sebagai “perang ekonomi” terhadap sekutu NATO-nya.
Di bawah keputusan baru, yang akan segera berlaku, waralaba populer AS seperti raksasa fast food (Makanan cepat saji) McDonald dan Burger King, serta Starbucks, tidak akan bisa membuka cabang baru di distrik tersebut.
Baca: AS Rancang Kejatuhan Mata Turki, Erdogan: Kami Punya Allah
Pemerintah kota itu juga memasang billboard yang meminta warganya untuk mendukung mata uang nasional, yang telah menderita kerugian pasca keputusan terbaru AS.
“Kami menyerukan semua orang untuk mengambil langkah konkrit menuju sikap nasional dengan memihak pemerintah kita melawan semua ancaman dan tindakan yang bertujuan menciptakan suasana kekacauan dan mengganggu proses peradilan negara kita,” sebuah pernyataan oleh pemerintah kota menyatakan.
Ekonomi Turki terguncang dalam beberapa hari terakhir oleh penurunan tajam nilai Lira atas dolar, setelah Presiden AS Donald Trump menulis di twitter 10 Agustus 2018, bahwa Washington mengancam menggandakan tarif aluminium dan baja untuk Ankara.
Ancaman Amerika bermuka ketika Turki melakukan penahanan Pastor Andrew Brunson setelah terbukti melakukan tindakan mata-mata dan teribat kudeta yang gagal.
Hubungan Turki dan AS memanas, lebih-lebih setelah Washington menjatuhkan sanksi ke Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul guna menekan Turki agar bersedia membebaskan Pastor Brunson.
Penggandakan tarif aluminium dan baja Turki yang memicu anjloknya nilai tukar lira terhadap dolar oleh Amerika sejak Jumat pekan lalu, disebut Erdogan sebagai ‘tikaman dari belakang’.
Membalas aksi negeri Paman Sam ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan memboikot produk elektronik dari Amerika Serikat.
Sementara itu, Qatar membela Turki ‘melawan’ tekanan AS dengan melakukan investasi langsung senilai $15 miliar di Turki, hari Rabu, 15 Agustus 2018.*/Nashirul Haq AR