Hidayatullah.com—Pendiri LeEco, konglomerat teknologi yang sedang terlilit utang menggunung, menolak perintah pulang dari regulator di China sebelum akhir 2017. Dia beralasan harus tetap berada di Amerika Serikat karena bisnis mobil listriknya sedang mengalami kemajuan.
Dilansir Reuters (2/1/2018), Komisi Pengatur Sekuritas China (CSRC) cabang Beijing pekan lalu mengeluarkan sebuah pemberitahuan berisi perintah agar CEO LeEco Jia Yueting kembali ke China guna mengurus utang-utang perusahaannya yang menggunung dan untuk melindungi kepentingan para investor.
Dalam pernyataannya, Jia mengatakan sudah mengirim saudara lelakinya, Jia Yuemin, untuk bertatap muka dengan regulator di China hari Jumat pekan lalu guna memberikan laporan, menyusul surat perintah pulang tersebut.
“Saya sangat menyesal dan menyalahkan diri saya sendiri atas dampak negatif dari krisis utang LeEco,” kata Jia Yueting dalam pernyataan yang dimuat di akun resminya di WeChat hari Selasa (2/1/2018).
“Penggalangan dana untuk Faraday Future di Amerika Serikat menunjukkan kemajuan signifikan dan ada banyak tugas yang harus saya kerjakan guna memastikan produksi dan pengiriman FF91,” kata Jia, merujuk mobil listrik mewah yang sedang dikembangkan LeEco bersama Faraday Future.
Sejumlah pertanyaan kemudian mengemuka tentang masa depan FF91, mengingat LeEco terlilit utang menggunung dan kekurangan uang tunai. Ditambah lagi dengan keputusannya mundur dari penggarapan proyek bersama pembuat mobil sport asal Inggris, Aston Martin, untuk membuat mobil listrik RapidE.
LeEco –kelompok usaha di bidang entertainment, elektronik dan kendaraan listrik– mengalami kesulitan finansial sejak berusaha melakukan ekspansi ke banyak sektor. Pada puncaknya, LeEco berutang pada para krediturnya 10 miliar yuan (1,54 miliar dolar amerika).
Salah satu perusahaannya yang terdaftar di bursa saham, Leshi Internet Information & Technology Corp, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sedang berusaha menyelesaikan masalah utang mereka.
Leshi di Tianjing sedang berusaha mengumpulkan dana 3 miliar yuan ($463 juta) dari investor baru dan investor yang sudah ada sekarang ini, begitu pula dari para kreditur. Bisnis utama dari Leshi Tianjing itu adalah pemasaran televisi pintar dan internet.
Jia Yueting menyalahkan satu pembayaran di bulan Juli lalu sebagai penyebab utama masalah finansial yang dialami LeEco. Keterlambatan pembayaran itu menyebabkan gangguan pada arus kas perusahaannya, kata Jia. Dia juga menyalahkan laporan-laporan “palsu dan merusak” sebagai penyebab masalah yang sekarang dialami perusahaannya.
Guna mempertahankan bisnis dan melawan pesaing beratnya, Tesla Motors, Jia mengambil beberapa kebijakan untuk menghemat anggaran, seperti pemangkasan jumlah karyawan dan penjualan aset.
Awal Desember 2017, regulator di China menempatkan Jia dalam daftar hitam para pengemplang utang. Hal itu dilakukan oleh pihak berwenang China guna memberikan efek tekanan kepada publik supaya orang membayar utang-utang mereka.*