Hidayatullah.com—Pemerintah Malaysia tidak dapat menerima perkawinan sejenis atau lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT), kata Perdana Menteri Mahathir Mohamad hari Jumat (21/09/2018).
“Di Malaysia ada beberapa hal kami tidak dapat terima, walau hal itu terlihat hak asasi manusia di negara Barat,” ungkap Mahathir kepada wartawan.
Ini adalah pernyataan umum pertama pemimpin berusia 93 tahun di komunitas LGBT sejak dia memegang jabatan itu pada 10 Mei. Mahathir mengomentari masalah ini setelah presentasi oleh Komisi Hak Asasi Manusia Malaysia (Suhakam) di Pusat Administrasi Putrajaya.
“Konsep keluarga negara kita tetap sama: pasangan pria dan wanita dan anak-anak atau anak angkat sebagai keluarga, tetapi pasangan dua atau dua wanita tidak diakui sebagai keluarga,” katanya.
Dua wanita dihukum cambuk pada bulan ini karena “berusaha melakukan kegiatan seks lesbian” di Terengganu, negara bagian konservatif di timur. Mahathir mengecam hukuman tersebut, dengan menyatakan hal itu “tidak mencerminkan keadilan atau kasih sayang Islam”.
Kampanye kaum LGBT bertajuk Campaign for Equality dan Human Rights Initiative hari Jumat mendesak Mahathir untuk mengatasi kekerasan dan kebencian.
Pernyataan Mahathir yang menolak komunitas LGBT dibuat setelah dua wanita dicambuk bulan ini karena “mencoba seks lesbian” di Terengganu, Malaysia. Namun PM Mahathir mengecam hukuman itu, dengan mengatakan itu “tidak mencerminkan keadilan atau belas kasihan Islam”.
Namun tetap saja, kami tidak bisa menerima LGBT, pernikahan antara pria dan pria, wanita dan wanita,” tambahnya lagi.
Bulan lalu, sebuah bar kaum homo di Kuala Lumpur diserbu oleh polisi dan petugas penegak agama, sementara seorang wanita transgender dipukuli oleh sekelompok penyerang di Seremban, dekat ibu kota.
Menteri yang bertanggung jawab atas urusan Islam juga mendapat kecaman, dari aktivis dan anggota parlemen partai berkuasa lainnya, setelah ia memerintahkan penghapusan potret dua aktivis LGBT dari sebuah pameran seni.
Senada dengan Mahathir, pemerintah koalisi Pakatan Harapan (PH) juga seirama tidak menerima perkawinan LGBT di negaranya.
Menteri di Departemen Perdana Menteri, Datuk Dr Mujahid Yusof, mengatakan sikap pemerintah Malaysia ini sama dengan sikap PH.
“Memang benar, itu (pernyataan Mahathir) yang menunjukkan apa yang kita katakan selama bertahun-tahun tentang sikap kita tidak bisa menerima LGBT dan semua promosi, ingin menanyakan kebenaran yang tidak kita terima.
“Hanya apa yang saya katakan adalah bahwa Anda ingin memulihkan mereka yang ingin mengundang mereka untuk menjadi baik. Saya juga mengatakan dalam hal kewarganegaraan, dalam hal tidak disakiti, tidak dianiaya dan yang juga terbetik dalam Konstitusi,” katanya ketika ditemukan Utusan Malaysia di perayaan ulang tahun ketiga kepercayaan di Dewan Tun Abdul Razak dikutip media setempat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Malaysia terdiri dari negara-negara bagian yang diatur oleh hukum-hukum Islam. Sebagai agama resmi, Islam menerapkan untuk melarang ketentuan yang melarang tindakan sesama jenis seperti lesbian maupun homoseksual.
Tahun 2014, Mahathir menuduh anggota komunitas homo dan lesbian mengabaikan agama dengan mengikuti emosi dan nafsu mereka.
“Jika Anda memahami agama, Anda tidak akan menjadi gay,” laporan surat kabar mengutip dia mengatakan setelah kuliah di Universitas Islam Internasional Malaysia.
KUHP di Malaysia, sebuah negara berpenduduk 32 juta penduduk mayoritas Muslim, menggambarkan seks homo atau lesbian “bertentangan dengan hukum alam” dan dipenjara hingga 20 tahun penjara dan hukum cambuk bagi mereka yang melakukan pelanggaran.*