Hidayatullah.com—Seorang pendeta di bagian tengah Prancis yang dituduh mencabuli seorang anak memilih merenggut nyawanya sendiri di gereja tempatnya bertugas, kata otoritas Katolik hari Senin (22/10/2018). Kasus seperti ini merupakan yang kedua dalam satu bulan ini di Prancis.
Pierre-Yves Fumery, 38, menggantung dirinya sendiri di kepastorannya di kota Gien di daerah Loire. Mayatnya ditemukan hari Sabtu lalu (20/10/2018).
Kepala kantor kejaksaan setempat Loic Abrial kepada AFP mengatakan bahwa Fumery sudah ditanyai polisi, pekan lalu, perihal dugaan serangan seksual terhadap seorang anak di bawah usia 15 tahun, lansir RFI.
Fumery belum resmi dijadikan tersangka, tetapi dia masih dalam penyelidikan karena ada sejumlah laporan dari masyarakat perihal tindak-tanduknya, kata pihak kejaksaan.
Uskup Orleans Jacques Blaquart, yang keuskupannya mencakup Gien, mengatakan bahwa sejumlah jemaat gereja Fumery memperhatikan perilaku pendeta itu yang dianggap “kurang pantas” terhadap sejumlah anak berusia 13,14, dan 15 tahun, termasuk seorang anak perempuan yang “pernah dipeluknya dan beberapa kali diantar pulang ke rumah dengan mobilnya.”
Uskup Orleans itu mengatakan bahwa klaim-klaim itu tidak mengharuskan keuskupannya melaporkan pendeta bersangkutan kepada pihak berwajib, dan dia mengaku pernah menasihati Fumery agar “mundur” (menjauhi anak-anak), menjalani terapi dan meninggalkan kota itu untuk sementara waktu.
Pendeta muda itu kemudian mengikuti sarannya dan kembali ke Gien setelah cuti sebentar. Namun, dia belum kembali menjalani rutinitas tugasnya, kata Blaquart.
Fumery adalah pendeta kedua dalam sebulan ini di Prancis yang melakukan bunuh diri karena masalah serupa.
Pada 19 September, Jean-Baptise Sebe, yang juga berusia 38 tahun, menggantung dirinya sendiri di gerejanya di kota Rouen, setelah seorang wanita menuduhnya mencabuli putrinya yang sudah masuk usia dewasa.
Belum ada gugatan hukum yang dilayangkan atas Sebe ketika pendeta itu bunuh diri.
Gereja Katolik di Prancis selama 25 tahun terakhir diguncang skandal seksual yang dilakukan oleh para rohaniwan. Rohaniwan Katolik paling senior di Prancis yang terjerat skandal itu adalah Kardinal Philippe Barbarin, yang bulan Januari lalu menjalani proses persidangan dengan tuduhan menutup-nutupi kasus pencabulan seorang pendeta terhadap anak-anak anggota pramuka di Lyon pada tahun 1980-an.*