Hidayatullah.com—Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji akan membawa 100 wanita Yazidi korban serangan ISIS di wilayah Kurdistan di Iraq sejak awal 2014, kata kantornya hari Kamis (25/10/2018) seperti dilansir AFP.
Janji itu dikemukakan Macron setelah bertemu dengan Nadia Murad, wanita Yazidi yang dianugerahi Nobel Perdamaian 2018 atas kampanyenya untuk mengakhiri kekerasan seksual sebagai senjata perang.
Murad adalah salah satu wanita Yazidi yang ditawan ISIS, ketika kelompok bersenjata itu mengambil alih kontrol atas kota Sinjar dan daerah lain yang banyak dihuni orang-orang Yazidi di kawasan Kurdistan di Iraq pada 2014. Sejak itu pasukan Kurdi dibantu pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat memerangi ISIS alias Daesh keluar dari wilayah tersebut.
Macron mengatakan bahwa sebagai tanggapan atas permintaan Murad, 20 pengungsi Yazidi yang ditawan tanpa diberikan perawatan di Kurdistan Iraq akan dibawa ke Prancis akhir tahun ini. Sisanya akan dipindahkan ke Prancis pada tahun 2019.
Presiden Prancis itu juga mengatakan bahwa pihaknya mendukung program yang akan diluncurkan Murad guna merekonstruksi rumah-rumah sakit dan sekolah-sekolah, dengan harapan orang-orang Yazidi yang mengungsi ke luar akan kembali ke kampung halaman mereka.
Murad berada di Paris untuk memaparkan laporan International Federation for Human Rights (FIDH) perihal kekerasan yang dialami para wanita Yazidi selama pendudukan ISIS, khususnya oleh orang-orang asing yang bergabung dengan pasukan ISIS.
Menurut laporan itu, lebih dari 6.800 wanita Yazidi diculik , yang mana ribuan orang diperjual-belikan sebagai budak. Sekitar 2.500 dari mereka masih dinyatakan hilang, menurut laporan tersebut.
Federasi itu menyeru kepada pemerintah-pemerintah berbagai negara untuk memburu dan menghukum warganya yang ikut berperang bersama ISIS dan melakukan kejahatan perang bersama kelompok itu.*