Hidayatullah.com–Negara-negara Barat termasuk Prancis, Jerman dan Amerika Serikat (AS) menyerukan kepada China pada hari Selasa untuk menutup kamp-kamp tahanan yang oleh para aktivis dikatakan telah menahan satu juta orang etnis Muslim Uighur.
Namun China menolak kecaman Barat atas dugaan penahanan massal dan pengintaian berat terhadap warga Uighur di wilayah barat Xinjiang, yang menepis tuduhan itu sebagai “sangat jauh dari fakta”.
“Kami tidak akan menerima tuduhan politik dari beberapa negara yang penuh dengan prasangka dan mengabaikan fakta,” kata Le Yucheng, Wakil Menteri Luar Negeri China yang memimpin delegasi beranggotakan 66 orang, dalam pertemuan berkala Dewan HAM Perserikatan Bangsa-bangsa Bersatu (PBB) di Jenewa, kutip laman New York Times.
Dalam sebuah perdebatan di forum Jenewa – yang melaporkan dugaan pelanggaran di setiap negara anggota PBB setiap lima tahun dan meninjau catatan China pada hari Selasa.
Baca: PBB Khawatirkan Penahanan Satu Juta Muslim Uighur di China
China mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman yang biasa ia sebut ‘militan dan separatis Islam’. Ia menolak semua tuduhan penganiayaan dan menyangkal melakukan pengintaian massal, meskipun para pejabat China mengatakan beberapa warga yang bersalah atas pelanggaran kecil sedang dikirim ke ‘pusat-pusat kejuruan’ untuk bekerja.
“Stabilitas adalah yang paling penting, pencegahan harus dilakukan terlebih dahulu … Menyiapkan pusat pelatihan adalah tindakan pencegahan untuk memerangi terorisme,” demikian isyilah Le, mengacu pada Xinjiang.
Delegasi China lainnya mengatakan pihak berwenang “memberikan pelatihan kejuruan gratis dengan ijazah setelah ujian” yang diberikan kepada mereka yang telah “dipaksa atau dipikat” kelompok-kelompok ekstremis.
“Terorisme ekstrim di Xinjiang cukup serius, yang secara serius merusak stabilitas dan ketenangan di wilayah itu dan menimbulkan kemarahan yang kuat dari rakyat,” kata Yasheng Sidike, Wali Kota Uighur dari Ibu Kota Xinjiang, Urumqi.

Selama 22 bulan terakhir “tidak ada insiden terorisme kekerasan”, tambahnya.
Sebanyak 13 negara mengangkat keprihatinan tentang kamp penjara China, mereka menyerukan Beijing untuk menutup fasilitas tidak manusiawi tersebut.
Di antara mereka yang mendesak menutup kamp penjara massal adalah; Australia, Inggris, Kanada, Belgia, Republik Ceko, Finlandia, Jerman, Prancis, Islandia, Irlandia, Swedia, Swiss, dan Amerika Serikat. Termasuk juga Turki.
Baca: Pakistan Kritik China atas Perlakuan terhadap Muslim Uighur
Peringatan
Sebuah panel ahli hak asasi manusia AS mengatakan pada 10 Agustus telah menerima banyak laporan yang dapat dipercaya bahwa satu juta etnis Muslim Uighur di China ditahan dalam apa yang menyerupai “kamp tahanan massal yang diselimuti kerahasiaan.”
Negara-negara Barat berbicara menentang apa yang mereka gambarkan sebagai kemerosotan hak asasi manusia China sejak peninjauan terakhir pada 2013, terutama atas perlakuannya terhadap Muslim di Xinjiang.
“Kami khawatir dengan pemerintah China yang melakukan tindakan keras terhadap warga Uighur, Kazakh, dan Muslim lainnya di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang,” kata Mark Cassayre, pejabat AS.
Amerika Serikat mendesak China untuk “menghapus semua bentuk penahanan sewenang-wenang, termasuk kamp-kamp tahanan massal di Xinjiang, dan segera membebaskan ratusan ribu, mungkin jutaan, orang-orang yang ditahan di kamp-kamp ini”, katanya.
China harus membebaskan aktivis termasuk Wang Quanzhang, Ilham Tohti dan Huang Qi, kata Cassayre.
Baca: Saya Muslim Uighur yang Melarikan Diri dari Aksi Brutal China
Beijing harus “menghentikan penjara besar-besaran” dan “menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan, termasuk di Tibet dan Xinjiang,” kata Duta Besar Prancis Francois Rivasseau.
“China harus mengakhiri penuntutan dan penganiayaan atas dasar agama atau kepercayaan,” kata Deputi Wakil Tetap Kanada ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Tamara Mawhinney.
Kritik yang disuarakan oleh negara-negara yang tenggelam karena sebagian besar negara anggota lainnya memuji prestasi dan prestasi China.
Bahkan, sebagian besar negara Islam, termasuk Malaysia, Indonesia, Pakistan, dan Kuwait juga tak banyak bicara karena mengkritik ekonomi terbesar kedua dalam kaitannya dengan masalah isolasi Xinjiang.
“Malaysia memuji pendekatan strategis China untuk memastikan kesejahteraan penduduk, serta menyatakan bahwa negara menunjukkan pencapaian yang baik dalam hak asasi manusia.
“Kuwait telah menyarankan bahwa Beijing fokus pada isu-isu remaja untuk memastikan kesehatan fisik dan psikologis mereka. Arab Saudi telah menyarankan China melanjutkan praktik lintas budaya dan agama, ” lapor The Globe and Mail.
Sementara Turki yang sangat menentang kebijakan China yang melibatkan pembatasan pada hak dan kebebasan mendasar, seperti isolasi individu tanpa alasan hukum, dan pemisahan dari keluarga dan masyarakat.
John Fisher dari Human Rights Watch mengatakan setelah perdebatan bahwa China “gagal memberikan penjelasan yang kredibel” atas pelanggaran berat, termasuk kamp “pendidikan politik”.
Setidaknya 1.000 pemrotes Tibet dan Uighur dari seluruh Eropa melakukan aksi di luar markas besar AS di Jenewa selama perdebatan hari Selasa.
Mereka membawa pesan bertuliskan “Hentikan pembersihan etnis Uighur oleh China” dan “Tibet sekarat, China Berdusta”.
Baca: Temuan Baru, ‘Kamp Rahasia’ Penjara Muslim Uighur di China [1]
Dilxat Raxit, juru bicara kelompok aktivis Kongres Uighur Dunia di luar negeri, mengatakan bahwa pengajuan Beijing untuk peninjauan kembali PBB adalah versi realitas yang sangat terdistorsi.
“Jika China percaya bahwa ini benar-benar hanya pusat pelatihan kejuruan … maka seharusnya tidak ada kekhawatiran tentang komunitas internasional yang mengunjungi daerah itu untuk melakukan penyelidikan independen.”
Pengacara bermarkas di Washington dan aktivis Uighur Nury Turkel menolak intervensi China sebagai contoh “klasik” dari taktik politik Beijing untuk “menyangkal, mencampur, dan membingungkan seolah menjadi korban.”
“Ini adalah apa yang sering dilakukan pihak bersalah untuk membenarkan kesalahan sementara tidak pernah mengakui kesalahan dan mengalihkan kesalahan pada orang lain,” katanya kepada RFA.
“Bagaimana akan terlibat dalam rekayasa manusia modern, penahanan sebagian besar penduduk di kamp konsentrasi bergaya Nazi, menciptakan lingkungan seperti neraka di luar kamp… dan mengkriminalisasi seluruh bangsa berdasarkan etnis dan agama menjadi kesalahan orang lain?, ujarnya.*