Hidayatullah.com–Setelah sebelumnya menolak repatriasi eks militan Timur Tengah, sekarang pemerintah Prancis dikabarkan bersedia menerima kepulangan mereka, dengan konsekuensi orang-orang itu harus menjalani proses hukum dan dibui. Seorang wanita Prancis kepada stasiun TV France 24, Selasa (29/1/2019), menceritakan perihal pilihan yang dihadapi para ‘jihadis’ dan keluarganya di Suriah.
Mathilde, nama wanita itu, pergi ke Suriah empat tahun silam meninggalkan kampung halamannya di Tours, Prancis.
Dia mengatakan bahwa sekarang ‘jihadis-jihadis’ asal Prancis dapat memilih antara angkat kaki dari Suriah kembali ke Prancis dan dijebloskan ke penjara atau tetap tinggal di Suriah dan mati di sana.
Mathilde mengatakan bahwa suaminya memilih untuk tetap tinggal di Suriah, sementara dia memilih pulang ke Prancis dan dipenjara.
Wanita itu mengaku ingin kembali ke Prancis sejak lama, tetapi tidak dapat melakukannya karena dia tidak memiliki uang dan tidak ada orang atau kontak yang dapat membantunya pulang ke negeri asalnya.
Dia mengakui bahwa hidup di Suriah tidak seperti yang diharapkannya. Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa dirinya selalu mendapatkan perlakuan baik dan tidak pernah mengalami kekerasan selama di Suriah.
Mathilde disidang secara in absentia dan divonis 10 tahun penjara.
Presiden Amerika Serikat bulan Desember lalu mengumumkan bahwa pasukannya akan ditarik dari Suriah. Keputusan Presiden Trump itu mempengaruhi kebijakan yang diambil negara sekutu-sekutu AS dan lainnya.
Sejauh ini hanya Amerika Serikat, Rusia, Libanon, Sudan dan Indonesia yang setuju untuk merepatriasi para ‘jihadis’ warga negaranya.*