Hidayatullah.com–Pemilihan Raya India mencapai puncaknya hari ini dengan kemenangan mutlak Perdana Menteri Narendra Modi.
Data dari Komisi Pemilihan Umum India setelah penghitungan 600 juta suara menunjukkan pemimpin Modi Bharatiya Janata (BJP) memperoleh lebih dari 300 kursi dari 543 kursi sementara oposisi utama, Partai Kongres Nasional India (INC) di bawah Rahul Gandhi, dilaporkan memenangkan kurang dari 100 kursi.
Proses pemilu tujuh tahap dimulai pada 11 April dan berakhir pada 19 Mei membuat Modi berkampanye untuk mempertahankan jabatannya setelah Partai BJP memenangkan mayoritas kursi di Majelis Rendah Parlemen atau Lok Sabha pada 2014.
Dengan mayoritas lebih dari 300 kursi Partai BJP pada saat yang sama menerima mandat untuk mempertahankan pemerintahan dan Modi mempertahankan posisinya selama lima tahun lagi.
“Bersama kita akan membangun negara ini. India menang lagi, “tulis Modi di Twitter.
Menurut Modi, hasil pemilu menunjukkan orang menolak kecurangan dan propaganda oposisi selama bertahun-tahun.
Jajak pendapat itu melihat bentrokan sengit Modi dan Gandhi tetapi pengaruh kuat Modi di antara orang-orang berhasil mengekang keinginan Gandhi untuk mengambil alih kekuasaan.
Secara total, lebih dari 2.000 partai dan 8.000 kandidat yang bertarung dalam pemilihan terbesar dan paling dihormati di dunia dan partai atau aliansi yang menang membutuhkan setidaknya 272 kursi untuk membentuk pemerintah.
Para analis mengatakan kemenangan Modi, 67, adalah karena kegagalan oposisi untuk melawan esensi dari kampanye Partai BJP yang mencakup masalah nasional, pembangunan dan agama.
Sekutu India termasuk Sri Lanka dan ‘Israel’ langsung memberi selamat kepada Modi yang diperkirakan akan bertemu dengan para pekerja partai pada pukul 5.30 sore waktu setempat, kutip Reuters.
Muslim India Cemas
Sementara itu, umat Islam makin cemas di bawah kekuasaan Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Narendra Modi, mengingat meningkatnya kejahatan kebencian terhadap Muslim di India dalam beberapa tahun terakhir.
Kekerasan terbaru terjadi hanya beberapa hari sebelum tahap pertama pemungutan suara dalam pemilihan umum India, menurut wartawan BBC Rajini Vaidyanathan yang melaporkan gejala yang dialami pemeluk Muslim di negara itu.
Seorang pedagang Muslim di negara bagian Assam sedang pulang kerja ketika didatangi oleh massa.
Pria bernama Shaukat Ali itu dikelilingi oleh kelompok tersebut, diserang dan dipaksa berlutut di lumpur.
“Apa kamu orang Bangladesh?” teriak seorang lelaki, mempertanyakan kewarganegaraan Indianya.
“Kenapa kamu menjual daging sapi di sini?” tanya yang lain sambil menusukkan jarinya ke Ali.
Alih-alih menolong Ali, kerumunan yang berkumpul malah merekam kejadian itu di ponsel mereka.
“Massa memaksa Ali makan daging babi”
Sebulan kemudian, Ali masih kesulitan untuk berjalan. Saya bertemu dengannya di rumahnya, tidak jauh dari pasar, dikelilingi oleh pedesaan hijau dan sawah yang subur.
Pria berusia 48 tahun itu duduk bersila di tempat tidur, matanya dipenuhi air mata ketika ia menceritakan kengerian dari apa yang terjadi.
“Mereka memukuli saya dengan tongkat, mereka menendang wajah saya,” katanya, menunjukkan kepada saya cedera pada tulang rusuk dan kepalanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selama berpuluh-puluh tahun keluarganya telah menyajikan kari daging sapi dari warung kecil mereka — namun mereka belum pernah menghadapi masalah seperti itu.
Beberapa negara telah menetapkan perdagangan daging sapi ilegal karena orang Hindu menganggap sapi sebagai hewan suci — tapi masih legal untuk menjualnya di Assam.
Shaukat Ali tidak hanya terluka secara fisik — martabatnya pun dilucuti. Massa membuat Muslim yang taat itu memakan daging babi, memaksanya untuk mengunyah dan kemudian menelannya.
“Sekarang saya tidak punya alasan untuk hidup,” katanya sambil menangis, “Ini adalah serangan terhadap seluruh keyakinan saya,” katanya dikutip BBC.
Pada hari ketika kami bertemu, puluhan anggota komunitas Muslim setempat berkumpul di rumah Ali untuk menengoknya. Ketika mereka mendengarkan ceritanya, beberapa orang mulai menangis dan bertanya-tanya apakah sekarang mereka juga dalam bahaya.*