Hidayatullah.com—Orang yang dipilih Nursultan Nazarbayev untuk menggantikan dirinya duduk di kursi kepresidenan Kazakhstan, hari Ahad (9/6/2019) memenangkan pemilihan umum secara mutlak, sementara lebih dari 500 orang pelaku aksi protes ditangkap aparat.
Hasil akhir menunjukkan bahwa Kassym-Jomart Tokayev, seorang diplomat karir, unggul dalam pilpres dengan 70% suara. Sementara oposisi yang mendapatkan suara terbanyak setelahnya adalah Amirzhan Kossanov dengan jumlah suara hanya sekitar 15%.
Menurut komisi penyelenggara pemilu, sekitar 77% pemilik suara menggunakan hak pilihnya, lansir DW.
Tokayev, 66, menjadi pejabat sementara presiden pada Maret setelah Nazarbayev mengundurkan diri. Nursultan Nazarbayev berkuasa sejak Kazakhstan mendapatkan kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991.
Meskipun sudah beranjak dari kursi kepresidenan, Nazarbayev masih mengendalikan pemerintahan negara itu lewat perannya sebagai ketua partai penguasa Nur Otan.
Ketika Tokayev dipilih, dia mengatakan bahwa Nazarbayev “masih memegang kekuasaan dalam kapasitas sebagai ketua dewan keamanan nasional … dan kapasitas-kapasitas lain.”
Sepanjang hari Ahad kemarin, polisi menangkap tidak kurang dari 500 orang yang melakukan aksi protes terhadap pemerintah di kota Almaty dan Nur-Sultan (ibukota yang baru-baru ini diubah namanya dengan mengambil nama Nazarbayev). Para pengunjuk rasa itu memprotes proses pemilu yang menurut mereka dipenuhi dengan kecurangan.
Wakil Menteri Dalam Negeri Marat Kozhayev mengatakan bahwa penangkapan tersebut perlu dilakukan karena di antara pengunjuk rasa ada “elemen-elemen radikal.”
Selama beberapa pekan menjelang pemilu, polisi menyerbu rumah-rumah para tokoh oposisi dan pengadilan menjatuhkan hukuman kepada para pemrotes pemerintah dengan menginap di penjara.*