Hidayatullah.com–Juru bicara untuk militer Myanmar (atau Tatmadaw), Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, menjelaskan sumbangan uang militer baru-baru ini kepada kelompok nasionalis Buddha Myanmar dengan mengatakan bahwa kelompok itu diperlukan dan harus didukung atas nama agama Buddha.
Dalam pertemuan pada Senin, komandan militer wilayah Yangon itu secara pribadi mendonasikan 30 juta kyat ($19,600) kepada Buddha Dhamma Prahita Foundation – yang sebelumnya dikenal dengan akronim Burma sebagai Ma Ba Tha – yang hampir 1.000an biksu Buddha dan pengikutnya dari penjuru negara itu berkumpul di markas besar kelompok tersebut, di Insein Township Yangon, untuk pertemuan tahun mereka.
Sumbangan itu datang tidak lama setelah kelompok itu mengecam gugatan hasutan pemerintah terhadap pemimpin mereka, penghasut dan biksu ultranasionalis U Wirathu, yang bersembunyi sejak dikeluarkannya surat perintah penangkapan terhadapnya pada akhir bulan lalu.
Ma Ba Tha lahir pada tahun 2012 dari gerakan 969, sebuah kampanye nasionalis yang menyerukan boikot terhadap bisnis-bisnis milik Muslim. Pada tahun 2013, para anggota gerakan 969 mengubah nama kelompok itu menjadi Asosiasi Perlindungan Ras dan Agama, yang kemudian lebih dikenal sebagai Ma Ba Tha.
Baca: Dilarang, Gerakan Biarawan Myanmar Anti Islam Berganti Nama
Perselisihan antara Ma Ba Tha dan pemerintah saat ini yang dipimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) timbul ketika Menteri Wilayah Yangon U Phyo Min Thein, berbicara pada pertemuan warga negara Singapura dari Myanmar pada Juni 2016, menyatakan bahwa kelompok itu “tidak diperlukan.”
Kemudian, organisasi pendeta Buddha dukungan pemerintah Ma Ha Na menyatakan Ma Ba Tha sebagai organisasi yang melanggar hukum dan, pada Mei 2017, melarang kelompok tersebut beroperasi dengan nama itu.
Sejak saat itu kelompok tersebut berganti nama menjadi Buddha Dhamma Prahita Foundation. “Yayasan ini adalah organisasi Sangha [pendeta Buddha], dan kami memberikan sumbangan untuk Sangha. Tatmadaw akan memberikan sumbangan kepada organisasi-organisasi yang dianggapnya perlu untuk agama kami,” Brigjen Zaw Min Tun mengatakan pada The Irrawaddy. “Kami akan melakukan sumbangan dan mendukung organisasi-organisasi yang kami pikir harus kami lakukan.’
Mengutip Pasal 34 dari Konstitusi 2008, dia mengatakan kebebasan beragama kelompok itu secara hukum dilindungi selama mereka tidak melanggar hukum atau merusak ketertiban umum, moralitas atau kesehatan.
“Apakah sumbangan kami merusak ketertiban umum, moralitas atau kesehatan?” tanya Brigjen Zaw Min Tun.
“Kami tidak memiliki niat lain. Kami akan melakukan sumbangan dan menawarkan dukungan jika kami kira kami harus melakukan itu.” Beberapa anggota penting kelompok itu, termasuk U Wirathu, dalam pidato mereka seringkali menyerang umat Islam, mengklaim bahwa yayasan-yayasan Buddha negara itu sedang diserang oleh Islam. Pada Mei, sekitar 200 nasionalis Buddha mengepung dan secara paksa menutup tempat-tempat ibadah sementara yang menjadi tempat berkumpul umat Islam selama Ramadhan di Kota Dagon Selatan di Yangon.
Baca: Myanmar Larang Biksu Radikal Ashin Wirathu selama Satu Tahun
Ketika The Irrawaddy bertanya, apakah tidak tampak canggung bagi Tatmadaw untuk memberikan sumbangan kepada sebuah organisasi yang, khususnya baru-baru ini, secara terbuka menentang pemerintah saat ini yang dipimpin sipil, Brigjen Zaw Min Tun menjawab bahwa waktunya murni kebetulan.
“Semua warga tahu siapa yang melakukan sumbangan apa dengan niat apa. Saya tidak ingin memberikan komentar,” juru bicara NLD Myo Nyunt menjawab ketika ditanya pandangan pemerintah terhadap sumbangan tersebut.
“Tatmadaw menyumbang kepada [kelompok] itu sama saja dengan menambah bahan bakar ke api” yang menjadi perhatian publik karena retorika hasutan kelompok itu, kata U Kyee Myint, seorang pengamat hukum di Yangon.
“Meskipun mereka mengatakan kalau mereka mendonasikan untuk sang Sangha, faktanya mereka mendonasikan uang kepada gerakan Tidak peduli bagaimana mereka menyebutnya, itu semakin memperparah keadaan.
Menurut laporan Manila Times, 18 Januari 2019, Ma Ba Tha organisasi ultranasionalis Myanmar yang kerap menyebar ujara kebencian terhadap Rohingya, atau minoritas lain di negeri ini.
Ma Ba Tha dianggap telah banyak memainkan peran dalam kekerasan sektarian di pemerintahan Thein Sein sebelumnya. Kelompok yang dipimpin oleh biksu radikal, Ashin Wirathu menyebarkan radikalisme di Myanmar, memberikan edukasi radikal kepada pengikutnya */Nashirul Haq AR