Hidayatullah.com—China mengeluarkan peringatan keras kepada demonstran di Hong Kong, dengan mengatakan jika mereka mencoba “bermain api maka mereka justru yang akan terbakar.”
Seorang jubir untuk kantor kebijakan China perihal Hong Hong mengatakan kepada para pengunjuk rasa agar “tidak meremehkan sikap tegas pemerintah pusat.”
Hong Kong selama sembilan pekan terakhir terus menerus mengalami aksi unjuk rasa besar antipemerintah.
Hari Senin (5/8/2019), seruan mogok massal mengakibatkan banyak kekacauan, dan lebih dari 200 penerbangan dibatalkan.
Pengunjuk rasa menuntut penyelidikan independen atas kebrutalan polisi, penarikan sepenuhnya RUU ekstradisi ke China Daratan, serta pengunduran diri pemimpin Hong Kong Carrie Lam.
Demonstrasi-demonstrasi radikal telah mendorong Hong Kong ke “tepi jurang situasi yang sangat berbahaya,” kata Yang Guang, jubir untuk Hong Kong and Macau Affairs Office (HKMAO) seperti dilansir BBC Selasa (6/8/2019).
Dia memperingatkan pengunjuk rasa agar tidak salah mengartikan sikap menahan diri pemerintah dengan kelemahan.
Upaya untuk memaksa Carrie Lam mengundurkan diri tidak akan terwujud, kata Yang, seraya menambahkan bahwa demonstran telah menimbulkan “dampak serius” pada perekonomian Hong Kong.
Peringatan itu merupakan salah satu yang paling keras dari Beijing dalam menanggapi unjuk rasa sejauh ini. HKMAO jarang menggelar konferensi pers tentang Hong Kong, tetapi keterangan pers tersebut merupakan yang kedua dalam dua pekan.
Yang mengatakan kekuatan-kekuatan “radikal dan ganas” berada di barisan depan aksi protes, sedangkan rakyat biasa terjebak di tengah.
Dia menuding kekuatan anti-China di Barat “campur tangan di balik layar” menyulut demonstrasi di wilayah otonom Hong Kong.
Sebagai contoh, dia mengutip perkataan Ketua US House of Representatives Nancy Pelosi yang menyebut unjuk rasa di Hong Kong sebagai “pemandangan yang indah untuk dilihat”. Dan Jeremi Hunt, menteri luar negeri Inggris kala itu, mendesak agar dilakukan penyelidikan terhadap Kepolisian Hong Kong yang ditudingnya menggunakan kekerasan terhadap demonstran.
Namun, politisi pro-demokrasi Lam Cheuk-ting mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada “kekuatan-kekuatan asing” di belakang unjuk rasa tersebut.
“Itu bukanlah gerakan yang diselenggarakan oleh pemerintahan asing manapun, melainkan rakyat Hong Kong bergerak secara sukarela,” ujarnya.*