Hidayatullah.com–Pria Inggris yang dipenjara karena mencabuli tidak kurang 200 anak Malaysia ditemukan mati ditikam di penjara.
Richard Huckle, 33, asal Ashford, Kent, pada tahun 2016 dijatuhi hukuman 22 penjara seumur hidup, setelah mengaku bersalah atas 71 dakwaan pelanggaran seksual terhadap anak-anak berusia 6-12 tahun yang dilakukannya antara 2006 dan 2014.
Dilansir BBC Senin (14/10/2019), diketahui Huckle diserang di dalam selnya di Penjara Full Sutton, dekat York, pada hari Ahad dengan senjata tajam yang digambarkan sebagai “pisau rakitan”.
Full Sutton adalah penjara khusus pria berpengamanan maksimum, terletak sekitar 11 mil arah timur dari York. Di sana terdapat sebagian para penjahat yang paling sulit dan berbahaya di Inggris, menurut situs Kementerian Kehakiman.
Polisi dipanggil tidak lama setelah pukul 12:30 malam dan telah memulai penyelidikan atas kematiannya, yang diperlakukan sebagai kasus kematian mencurigakan.
Dalam persidangan kasus Huckle tahun 2016 di pengadilan pidana pusat Old Bailey di London, dipaparkan bahwa pihak penyidik menemukan lebih dari 20.000 gambar tidak patut serta video serangan seksual yang dilakukan pemuda Inggris itu terhadap anak-anak.
Gambar dan video itu dibagikan Huckle kepada sesama pedofil di website di sisi kelam dunia maya, dark web.
Huckle, yang bekerja sebagai fotografer lepas, berusaha membisniskan serangan seksual yang dilakukannya dengan cara meminta uang dari netizen dark web untuk penerbitan foto dan video cabul yang dimilikinya. Ketika ditangkap tahun 2014, Huckle sedang mengkompilasi manual untuk kaum pedofil.
Di akhir persidangan kasus itu, hakim Peter Rook mengatakan hukuman 22 penjara seumur hidup mencerminkan “kemuakan masyarakat” atas “kampanye pemerkosaan” yang dilakukan Huckle.
“Sangat jarang sekali memang ada hakim harus mengganjar kejahatan seksual yang dilakukan oleh satu orang dengan hukuman berskala besar seperti ini,” kata hakim Rook seperti dilansir BBC.
Huckle ditangkap di Bandara Gatwick oleh petugas dari National Crime Agency pada Desember 2014, menyusul informasi dari pihak berwenang Australia.
Dia memperkenalkan dirinya sendiri sebagai seorang penganut Kristen yang taat dan mengunjungi Malaysia pertama kali di masa jeda mengajar ketika dia berusia 18 atau 19 tahun. Dia mulai mendekati dan mencabuli anak-anak ketika menjadi sukarelawan sebuah yayasan.
Dalam postingan online Huckle dengan bangga mengatakan, “Anak-anak miskin sudah pasti jauh lebih mudah dibujuk rayu dibanding anak-anak kelas menengah di Barat.”
Mengomentari salah satu korbannya, dia dengan semangat berkata, “Saya dapat jackpot, seorang anak perempuan berusia 3 tahun loyal kepada saya seperti anjing saya dan tidak ada seorang yang pun yang memperhatikan (curiga).”
Manual pedofilia yang ditulis Huckle disimpan dan dikunci dengan kata sandi di laptopnya, dan siap untuk dipublikasikan di dark web.
Tahun 2018, BBC Three memproduksi sebuah dokumenter tentang kedekatan Huckle dengan anak-anak di Kamboja, India dan Inggris.
Dalam dokumenter itu, pensiunan polisi Jim Gamble, yang dulu pernah memimpin investigasi kekerasan seksual terhadap anak-anak di Inggris, mengimbau agar dilakukan penyelidikan lebih meluas atas kemungkinan kejahatan seksual oleh Huckle di Inggris.*