Hidayatullah.com—Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengundang Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa untuk menjadi mediator dalam pertikaiannya dengan Mesir soal masa depan proyek pembangunan Grand Renaissance Dam.
Tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Afrika Selatan dalam pertikaian itu, yang mana Amerika Serikat sudah membantu mediasinya.
Bendungan raksasa itu dijadwalkan rampung tahun ini dan akan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Afrika.
Isu yang diperselisihkan adalah secepat apa bendungan super besar itu akan dipenuhi oleh air dari aliran Sungai Nil.
Ethiopia meminta agar bendungan itu terisi dalam waktu enam tahun, tetapi Mesir mengusulkan agar setidaknya 10 tahun. Mesir khawatir, apabila bendungan raksasa itu dipenuhi airnya dalam kurun waktu yang singkat, maka akan memperkecil aliran air sungai yang merupakan penopang kebutuhan 90% air Mesir.
Putaran terakhir perundingan itu berakhir di jalan buntu pekan lalu, dan perundingan dijadwalkan dilanjutkan hari Senin (13/1/2020), lapor BBC.
Kepada awak media di ibu kota Afrika Selatan, Pretoria, PM abiy Ahmed mengatakan bahwa Presiden Ramaphosa diundang sebagai mediator dalam kapasitasnya sebagai ketua Uni Afrika.
Perundingan tiga negara –Mesir, Sudan, Ethiopia– soal bendungan raksasa di aliran Sungai Nil itu tidak menghasilkan apa-apa selama empat tahun. Kehadiran Amerika Serikat sebagai mediator menunjukkan seriusnya situasi ini.*