Hidayatullah.com—Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa misinformasi membuat penanggulangan wabah coronavirus semakin sulit.
Saya ingin berbicara singkat tentang pentingnya fakta, bukan rasa takut,” kata Dr. Tedros kepada para reporter seperti dikutip BBC hari Sabtu (8/2/2020). “Orang harus memiliki akses kepada informasi yang akurat untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.”
Dia mengatakan misinformasi seputar coronavirus tipe baru, 2019-nCoV, “menimbulkan kebingungan dan menebarkan rasa takut di kalangan masyarakat umum.”
“Di WHO kami tidak hanya bertarung melawan virus, kami juga bertarung melawan troll dan teori-teori koonspirasi yang merusak upaya kami,” imbuhnya.
“Seperti sebuah kepala berita [koran] Guardian katakan hari ini, ‘Misinformasi tentang coronavirus mungkin yang hal yang paling menular dari virus itu’.”
Dalam artikel yang dimuat The Guardian dalam kolom opini, pakar epidemiologi Adam Kucharski berpendapat bahwa cara terbaik untuk memerangi informasi yang salah atau berita bohong seputar coronavirus adalah “memberlakukannya seperti virus yang sesungguhnya”.
Sejumlah informasi dan teori yang tidak benar tentang virus itu menyebar ke seluruh dunia beberapa pekan terakhir.
Contohnya, stasiun televisi Rusia Channel One dalam siaran berita malamnya, dalam satu segmen, si penyiar mengkaitkan virus itu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Penyiar mengklaim bahwa dinas-dinas intelijen AS atau perusahaan-perusahaan farmasi berada di balik coronavirus tipe baru itu.
Kemudian ada rekaman video yang menampilkan seorang wanita China memakan sup kelelawar, yang katanya, dia terinfeksi coronavirus. Berbagai laporan menyebutkan rekaman itu dibuat di Wuhan. Padahal kenyatannya, video itu direkam tahun 2016 dan lokasinya di Palau, negeri kepulauan kecil di tengah Samudera Pasifik, bukan di China.
Dr. Tedros mengatakan bahwa virus itu saat ini masih terkonsentrasi di Hubei, dan empat hari terakhir menunjukkan adanya stabililisasi dalam jumlah kasus.
Meskipun demikian, dia mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah virus itu sudah tidak lagi mengganas, sebab wabah ada kalanya tampak mereda sebelum kemudian menyebar lagi dengan lebih cepat.
Pimpinan WHO itu mengatakan perlambatan penyebaran virus ini merupakan kesempatan untuk menaklukkan virus itu.*