Hidayatullah.com—Ren Zhiqiang, seorang kritikus Partai Komunis China berpengaruh yang menyebut Presiden Xi Jinping “Badut” terkait caranya menangani wabah Covid-19, diperiksa dengan tuduhan melakukan “pelanggaran serius dan hukum,” kata otoritas antikorupsi China.
Miliarder, pensiunan eksekutif bidang properti itu, yang masih menjadi anggota dan terkoneksi dengan baik dengan Partai Komunis, menghilang bulan lalu setelah menulis sebuah esai kritik tentang wabah coronavirus. Pertengahan Maret, teman-teman Ren mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak dapat mengontaknya dan sangat khawatir dengan keadaannya.
Dilansir The Guardian, Selasa malam (7/4/2020), pejabat-pejabat partai mengatakan Ren dituduh melakukan pelanggaran, yang di China dimaklumi sebagai eufimisme untuk menyebut tuduhan korupsi dan suap. Dalam pernyataan singkat yang dimuat online itu dikatakan bahwa Ren sedang menjalani pemeriksaan kedisiplinan oleh komisi inspeksi kedisiplinan Beijing, yang juga dikenal sebagai komisi pemberantasan korupsi (KPK) China.
Dalam esainya, Ren menyoroti pidato Xi Jinping tanggal 23 Februari, dan mengatakan bahwa hal itu”mengungkap krisis tata kelola” partai. Meskipun Ren tidak menyebut langsung nama Xi, tetapi dia menulis bahwa dirinya melihat “bukan seorang kaisar yang berdiri memamerkan ‘baju barunya’, melinkan seorang badut telanjang yang bersikukuh ingin terus menjadi kaisar.”
“Kenyataan yang ditunjukkan oleh wabah ini adalah partai membela kepentingannya sendiri, pejabat pemerintah membela kepentingan sendiri, dan monarki hanya mementingkan status dan lingkaran terdalamnya,” begitu kurang lebih Ren menyindir kepemimpinan Xi Jinping terkait penganganan wabah coronavirus.
Sebelumnya pada tahun 2016, Ren dikenai hukuman percobaan setahun atas kritikan tajamnya terhadap kebijakan pemerintahan Xi Jinping. Akun-akun media sosialnya yang memiliki jutaan pengikut ditutup.
Sikap dan kebijakan pemerintah China diawal kemunculan coronavirus baru dan ketika mulai menjangkiti penduduk Wuhan mendapat sorotan tajam dan kecaman dari dalam maupun luar negeri, setelah diketahui bahwa pihak berwenang justru menangkapi dan menjebloskan ke sel tenaga-tenaga medis yang berusaha memperingatkan kolega mereka soal kemungkinan kemunculan coronavirus baru mirip SARS.
Kecurigaan dokter-dokter yang ditangkapi otoritas China itu terbukti benar, beberapa pekan kemudian akhirnya WHO memastikan keberadaan coronavirus baru itu dan menetapkan sebutannya sebagai SARS-CoV-2 dan penyakitnya disebut Covid-19.*