Hidayatullah.com | GARA-GARA pandemi Covid-19, kompetisi Liga Inggris saat ini harus ditunda hingga 30 April mendatang. Bahkan kemungkinan terburuk, kompetisi dapat dihentikan dan gelar juara tidak diberikan kepada tim mana pun.
Padahal, Liverpool hanya membutuhkan 2 kemenangan lagi untuk membawa trofi bergengsi itu ke Anfield sejak terakhi kali memenanginya pada musim 1989-1990. Jika liga dihentikan, penantian selama 30 tahun untuk membawa trofi bergengsi itu ke markas Liverpool bisa gagal.
Sadio Mane, Bintang Liverpool asal Senegal memberikan pendapatnya tentang kemungkinan The Reds tidak akan meraih gelar Premier League tahun ini.
“Saya mencintai pekerjaan sebagai seorang pesepak bola, saya pun ingin memenangkan pertandingan dan meraih trofi tersebut di lapangan,” tutur Mane dilansir Mirror, Rabu (8/4/2020).
“Namun melihat situasi sekarang, apa pun yang terjadi saya akan berusaha mengerti. Ini situasi yang sulit bagi Liverpool tetapi lebih sulit bagi jutaan orang di seluruh dunia.” Ujarnya.
Sebelumnya, Sadio mane telah menyumbangkan 30 juta CFA francs atau sekitar Rp 800 juta untuk membantu negaranya Senegal melawan virus corona atau Covid-19.
Mane mengaku secara spontan memberikan donasi setelah mendengar kabar bahwa di negaranya telah terjadi peningkatan jumlah kasus virus corona.
“Secara spontan setelah mengetahui perubahan situasi dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Senegal,” kata Agen Sadio Mane seperti dikutip dari AboutIslam, Ahad (29/3/2020).
Selama ini pemain asal Senegal dikenal rendah hati dan sederhana. Tak seperti bintang-bintang sepakbola lainnya yang suka mengoleksi mobil-mobil mewah, Mane tetap memakai mobil biasa. “Saya orangnya sederhana, karena saya dibesarkan dengan cara itu,” katanya dalam sebuah film dokementar berjudul “Made In Senegal”.
Mane lebih memilih menyalurkan sebagian rezekinya untuk bantun sosial. Pernah ia memberi 1,2 juta poundsterling untuk penduduk miskin di Bambali, desa miskin tempat Mane dilahirkan. Ia juga merenovasi masjid dimana ayahnya menjadi Imam.
Mane sendiri menjadi yatim sejak usia 7 tahun. Ayahnya meninggal sakit perut. “Karena tidak ada rumah sakit sehingga dia gagal diselamatkan,” kata pemain kelahiran 10 April 1992 ini.
Meski hanya beberapa tahun mendapat belain kasih sayang dari ayahnya, Mane selalu mendoakannya. “Aku berdoa untuknya setiap hari,” katanya. Tak lupa pula, “Setiap tahun, kami membaca Alquran untuk ayah.”* BS