Hidayatullah.com—Sekarang ini masker wajib dikenakan oleh para pengguna transportasi umum di Jerman, tetapi rupanya masih banyak orang di negara maju itu yang tidak memakainya secara benar. Agar warga mau mengenakan masker dengan baik, maka pengelola transportasi publik di ibu kota Berlin menyarankan penggunaan senjata ampuh, yaitu bau badan, lansir DW (3/7/2020).
“Mengingat banyak sekali orang yang mengira bahwa mereka bisa mengenakan masker di bawah hidung, maka kita perlu bersikap lebih keras,” kata Berliner Verkehrsbetriebe (BVG) dalam iklan berwarna kuning mencolok yang dipasang di media sosial. Setelah menyarankan agar orang tidak mengenakan deodoran, BVG menulis sindiran “Nah, sekarang masih mau membiarkan hidungmu di luar?”
Penutup hidung dan mulut wajib dipakai oleh pengguna transportasi umum dan orang yang berbelanja di toko-toko di Jerman sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran penyakit Covid-19. Orang yang melanggar aturan itu dapat dikenai denda tinggi. Namun, sayangnya masih banyak orang asal-asalan mengenakan masker, hanya menutup bagian mulut sementara bagian hidung dibiarkan terbuka.
BVG meminta khalayak umum pengguna jasanya membiarkan bau badan mereka tercium, tidak perlu menutupinya dengan deodoran atau parfum jika bepergian, sehingga orang yang merasa terganggu akan mengenakan masker dengan benar, menutup bagian hidung hingga ke bawah dagu.
Iklan itu mendapat lebih dari 10.000 jempol suka di Twitter dan Facebook.
Penyedia layanan transportasi umum di Berlin itu dikenal dengan iklan-iklannya yang satir. Contohnya, ketika perusahaan mencari pegawai baru dengan menggunakan gambar Presiden Amerika Serikat Donald Trump di posternya. Poster rekrutmen itu dilengkapi dengan tulisan, “Eh, Donald apa kamu tidak ingin menjadi sopir bus saja? Pikirkan ya! Kamu bisa memberikan perintah, kamu selalu punya alasan untuk bersumpah-serapah, kamu bisa mendepak orang keluar, badan gendut tidak masalah, kalau jari jemari tanganmu kecil juga tidak apa-apa dan tidak ada seorang pun yang berharap kamu bijaksana.”