Hidayatullah.com-Kembalinya Hagia Sophia sebagai masjid pada Jum’at (10/07/2020) melalui keputusan Dewan Negara Turki, telah mendatangkan berbagai tanggapan. Rakyat Muslim Turki menyambut keputusan tersebut dengan gegap gempita.
“Suasana hati rakyat Turki pada saat ini (momen setelah keputusan pengembalian status Hagia Sophia sebagai masjid dikeluarkan) tengah diliputi dengan kegembiraan yang ekstrim,” ujar Dr. Khalid Al-Awaisi, pengajar ilmu sosial di Universita Ankara, Turki.
Begitupula dengan sebagian besar muslim di seluruh dunia. Banyak yang kemudian mengungkapkan kesukacitaan atas kabar ini, termasuk beberapa ulama dari berbagai negara.
Mufti Besar Oman Sheikh Ahmed bin Hamad Al-Khalili mengucapkan selamat kepada rakyat Turki dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara khusus atas usaha mengembalikan bangunan yang dijadikan wakaf untuk umat Islam oleh penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih ini sebagai tempat ruku’ dan sujud seluruh muslim.
“Kami memberi selamat kepada diri sendiri dan kepada seluruh umat Islam dan terkhusus kami mengucapkan selamat kepada saudara Muslim Turki, yang dipimpin oleh pemimpinnya yang berpengalaman, Recep Tayyip Erdogan, atas kembalinya Hagia Sophia sebagai salah satu rumah Allah. Untuk diangkat dan disebutkan nama-Nya di dalamnya, untuk (umat Islam) bertasbih kepada-Nya di sana di pagi dan sore hari,” ungkapnya dalam sebuah unggahan Twitter resmi pada hari Ahad (12/07/2020)
Sejumlah ulama Malaysia juga menyatakan dukungan atas keputusan Pemerintah Turki tersebut.
“Kami menyatakan dukungan penuh Hagia Sophia dikonversi kembali menjadi masjid sesuai dengan keputusan Pengadilan Tinggi Turki,” ujar mereka dalam pernyataan pada hari Ahad sebagaimana dilaporkan oleh Antara News.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ahmad Awang, Ketua Aliansi Masjid Dunia dalam pertahanan Al-Aqsha dan Wira Abdul Gani Samsudin selaku Ketua Sekretariat Majelis Ulama Asia.
Dua Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga turut mendukung keputusan ini.
“Keputusan hukum melalui proses pengadilan yang terbuka dan imparsial harus dihormati,” ujar Ketua Pengurus Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas dikutip dari Anadolu Agency, pada Senin(13/7).
Senada dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah juga menyampaikan pembukaan kembali Hagia Shopia sebagai Masjid merupakan hak penuh pemerintah dan rakyat Turki.
“Perubahan status dilakukan secara proses hukum dan birokrasi, sebagaimana sebuah negara demokratis sehingga tidak perlu dipertentangkan dunia internasional karena semua telah melalui proses yang sangat accountable,” ujar Wahid Ridwan Sekretaris Lembaga Hunbungan dan Kerjasama Internasional Muhammadiyah.
Dr. Ahmed Al-Rasouni, Ketua Persatuan Ulama Dunia (IUMS), juga mengatakan dukungan terhadap langkah tegas Turki yang tetap kukuh atas keputusannya meskipun berbagai kecaman datang.
“Langkah yang diambil oleh kehakiman Turki dan presiden Turki bukanlah untuk mengubah gereja menjadi masjid, seperti yang dikatakan beberapa orang. Tidak juga untuk mengubah gereja menjadi museum, juga tidak untuk menutup gereja. Melainkan untuk mengubah masjid yang tak berfungsi kembali menjadi masjid yang berfungsi. Apa yang merugikan orang Kristen dan gereja mereka dalam hal itu? Apa salahnya bagi mereka untuk mengubah bangunan Hagia Sophia dari fasilitas wisata ke tempat di mana Tuhan disembah dan Tuhan disebut? Apakah para kepala agama Kristen lebih memilih untuk tetap menjadi Hagia Sophia untuk pariwisata dan menonton, daripada membukanya untuk menyembah Allah SWT dan pembacaan Al-Qur’an?,” ungkapnya dalam laman resmi IUMS pada Senin (13/7).
Sementara, anggota IUMS Dr. Nawaf At-Takruri, juga dalam pernyataan di laman resmi IUMS Rabu (15/7), mengkritik para pemimpin barat yang mengecam Erdogan atas pengembalian status Hagia Sophia sebagai masjid ini. Dia membandingkannya dengan sikap abai mereka atas langkah otoritas ‘Israel’ menutup, mengubah, dan menghancurkan ratusan masjid di Palestina.
“Zionis yang menjajah Palestina lebih dari 70 tahun lalu telah mengubah banyak masjid di desa-desa dan kota-kotanya menjadi museum hingga kafe,”
Salah satunya pada 10 April 2019, Pemerintah ‘Israel’ mengubah sebuah masjid bersejarah Palestina, Masjid Al-Ahmar, menjadi sebuah bar di mana orang-orang Yahudi ‘Israel’ mabuk-mabukan.
“Semogga Allah memberi kemuliaan kepada Presiden Erdogan atas sikap terhormat itu. Semoga Allah melindungi Turki dan semua negara muslim dan kesucian mereka dari semua agresi,” ujar Dr. Nawwaf menutup pernyataannya.
Pemerintah Turki telah mengumumkan akan menggelar shalat Jum’at pertama di Hagia Sophia pada 24 Juli.*