Hidayatullah.com—Iran dikabarkan telah mengirimkan kotak hitam dari sebuah pesawat penumpang Ukraina yang ditembak jatuh oleh militer di atas kota Teheran awal tahun ini ke Prancis.
Semua 176 orang yang ada di atas pesawat itu tewas ketika dua misil yang ditembakkan militer Iran menghantamnya sesaat setelah lepas landas dari bandara di Teheran pada 8 Januari.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran mengatakan kotak hitam itu dibawa ke Paris hari Jumat dan akan dibaca hari Senin (20/7/2020), lansir BBC.
Pemerintah Syiah Iran awalnya membantah bahwa pihaknya telah menembak jatuh pesawat itu, yang terjadi ketika Teheran bersitegang dengan Amerika Serikat menyusul tewasnya Qasem Soleimani, seorang jenderal Garda Revolusi Iran kebanggaan negerinya yang dihantam drone AS di Baghdad, Iraq.
Namun, akhirnya pemerintah Teheran terpaksa mengakuinya setelah berbagai dinas intelijen negara-negara Barat mengatakan semua indikasi menunjukkan pesawat komersil Ukraina itu sengaja ditembak oleh militer Iran.
Teheran mengatakan bahwa pesawat Ukraine International Airlines itu disangka rudal Amerika Serikat yang sedang melaju ke arahnya. Sebuah kesalahan yang disebut Presiden Hassan Rouhani sebagai “kesalahan yang tidak termaafkan”. Bagaimana tidak, mengingat Iran selama ini membanggakan kecanggihan militernya yang diklaimnya sanggup mengalahkan kecanggihan militer Barat.
Beberapa jam sebelum pesawat Ukraina itu ditembak, Iran sedang gencar meluncurkan misil-misil balistiknya ke arah dua pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di Iraq, sebagai tindakan balasan atas kematian Soleimani.
Iran sebelumnya menunda-nunda pengiriman kotak hitam tersebut, yang berisi data kunci dan komunikasi dari kokpit, di tengah-tengah perselisihan dengan negara-negara yang warganya tewas dalam peristiwa itu soal di mana seharusnya kotak hitam itu diperiksa.
Berdasarkan hukum aviasi internasional, Iran memiliki hak untuk memimpin investigasi, tetapi pihak pembuat pesawat biasanya ikut terlibat dan para pakar mengatakan segelintir negara saja yang memiliki kemampuan untuk menganalisis kotak hitam.
Iran menyatakan menolak menyerahkan kotak hitam itu ke Amerika Serikat, di mana pihak pembuat pesawat Ukraina itu, Boeing, bermarkas.
Data dan rekaman dalam kotak hitam tersebut sekarang akan dianalisis oleh pakar-pakar dari Prancis. Kanada, yang kehilangan 55 warganya dalam peristiwa itu, dan Ukraina mengatakan mereka mengirim tenaga-tenaga ahlinya sendiri untuk ambil bagian dalam investigasi.
Iran telah melakukan investigasinya sendiri dan laporan tentang jatuhnya pesawat itu dirilis pekan lalu oleh Civil Aviation Organisation of Iran (CAOI). Isi laporan CAOI itu menyalahkan “human error” dan buruknya komunikasi militer sebagai penyebab jatuhnya pesawat Ukraina tersebut.
Akan tetapi, Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan “terlalu dini” untuk mengeluarkan pernyataan semacam itu dan mengatakan bahwa kesimpulan apapun tentang peristiwa itu harus menunggu hasil investigasi internasional.
Bulan lalu, pihak berwenang Iran mengatakan enam orang telah ditangkap terkait kejadian itu.
Muncul banyak spekulasi tentang mengapa Iran tidak melarang penerbangan atau menutup wilayah udaranya saat militer meluncurkan misil-misil ke arah pasukan Amerika Serikat. Sebuah rekaman yang belum lama ini yang didapat CBC News (Kanada) menyebutkan bahwa Iran sengaja membiarkan wilayah udaranya tetap terbuka agar serangan terhadap pangkalan AS di Iraq tersebut tidak menarik perhatian, atau rencana serangannya tidak diketahui.
Rekaman itu diduga merupakan perbincangan antara keluarga salah satu korban dengan Hassan Rezaeifar, yang pada waktu itu memimpin tim Iran dalam penyelidikan kasus tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Mohsen Baharvand membantah rekaman tersebut dan mengatakan bahwa rekaman itu tidak dapat dipakai sebagai bukti.*