Hidayatullah.com—Kamboja telah meratakan dengan tanah sebuah fasilitas pertahanan yang dibangun dengan bantuan dana dari Amerika Serikat di daerah pesisir sebelah selatan. Demikian dikonfirmasi Deputi Perdana Menteri Kamboja. Langkah itu diambil untuk membangun fasilitas baru dengan bantuan dana dari China.
Wall Street Journal tahun lalu melaporkan bahwa ada kesepakatan rahasia yang membolehkan kapal-kapal China merapatke pangkalan laut Ream di dekat kota Sihanoukville.
Namun Kamboja, yang beberapa tahun belakangan dibanjiri investasi dari Tiongkok, membantah laporan itu, meskipun PM Hun Sen mengatakan dana dari China akan digunakan untuk memperluas pangkalan laut itu.
Citra-citra satelit yang dirilis Center for Strategic and International Studies pekan ini menunjukkan sebuah fasilitas yang dibangun dengan uang AS di pangkalan laut Ream telah diratakan dengan tanah. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang rumor selama ini tentang akses militer China ke pangkalan tersebut, kata wadah pemikir berbasis di Washington itu.
Namun Tea Banh, deputi PM yang juga menteri pertahanan, menyangkal kekhawatiran itu hari Ahad (4/10/2020), lansir AFP.
“Kami merelokasi fasilitas itu ke sebuah lokasi baru. Kami tidak dapat mempertahankannya lagi dan bangunan itu sudah tua,” kata Tea Banh kepada AFP membenarkan jika bangunan itu dihancurkan bulan lalu.
Fasilitas yang diberi nama Tactical Headquarters of the National Committee for Maritime Security itu diresmikan tahun 2012.
Fasilitas itu akan jauh lebih baik berada di lokasi baru, kata Tea Banh, seraya menambahkan bahwa Kamboja hanya mendapatkan sedikit bantuan dana dari AS untuk pembangunan gedung yang sekarang sudah hancur itu.
Fasilitas baru yang sekarang sedang digarap berada sekitar 30 kilometer dari Ream ke arah utara.
Pangkalan laut Ream berada di lokasi strategis di Teluk Thailand, yang memberikan akses langsung ke wilayah perairan Laut China Selatan, yang diperebutkan sejumlah negara dan merupakan sebuah kunci rute pelayaran dunia.
PM Hun Sen berulang kali menegaskan bahwa konstitusi Kamboja melarang militer asing berada di dalam wilayah negaranya.
Para analis mengatakan Hun Sen sekedar menjaga omongan agar tidak mendapatkan kecaman dari publik, terutama di Sihanoukville, di mana bisnis dan kasino di kota itu sekarang banyak yang dimiliki oleh orang China.
Hun Sen, salah satu pemimpin dunia yang paling lama berkuasa, tahun-tahun belakangan menjauh dari Amerika Serikat setelah Washington menuding pemerintahannya melakukan banyak penyimpangan.
Hari Sabtu malam, Hun Sen mengeluarkan surat terbuka yang isinya mendoakan Presiden AS Donald Trump segera sembuh dari Covid-19.*