Hidayatullah.com–Relawan kemanusiaan Prancis yang diculik selama empat tahun oleh militan yang menjadi mualaf mengungkapkan bagaimana dia masuk Islam kepada media Prancis. Perempuan bernama Sophie Petronin itu tiba di Prancis pada pekan lalu, di mana dia disambut di bandara Villacoublay oleh Presiden Emmanuel Macron.
“Kebahagiaan terbesar saya hari ini adalah mengetahui bahwa asisten saya dapat terus bekerja tanpa saya,” kata Petronin dikutip oleh Le Point, menunjukkan bagaimana dia lebih senang mengetahui hal itu daripada kepulangannya ke Prancis. “Untuk Mali, Saya akan berdoa, memohon ridho dan rahmat Allah, karena Saya adalah seorang Muslim,” tambahnya. “Anda mengatakan Saya Sophie, tetapi Anda memiliki Mariam di depan Anda.”
Petronin, 75 tahun, diculik ketika bekerja di wilayah Gao, Mali utara pada Desember 2016. Delapan bulan kemudian, dia ditunjukkan dalam sebuah video yang diunggah oleh Al Qaeda di kelompok militan Maghreb Islam (AQIM).
Dia telah melakukan pekerjaan kemanusiaan di Gao sejak 2004. “Saya bertahan – saya banyak beribadah karena saya punya banyak waktu,” kata Petronin kepada wartawan di kedutaan Prancis di Bamako sebelum dia kembali. “Saya mengubah penahanan… menjadi pengasingan spiritual, jika bisa dikatakan begitu.”
Petronin dibebaskan Kamis bersama pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, Pastor Pierluigi Maccalli dan Nicola Chiacchio, yang dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran dengan militan. Terlepas dari pengalamannya sebagai sandera, Petronin mengatakan dia ingin kembali ke Mali untuk melanjutkan pekerjaan amalnya membantu anak-anak di negara Afrika Barat itu.
“Saya membuat komitmen kepada anak-anak. Selama empat tahun saya belum pernah melihat bagaimana program-program itu bekerja,” kata Petronin tentang pekerjaannya dengan anak-anak yatim piatu dan kurang gizi. “Saya akan pergi ke Prancis, ke Swiss, dan kemudian saya akan kembali untuk melihat apa yang terjadi di sini [Mali].”*